Pengertian komunikasi
William J. Seller
menyatakan bahwa Pengertian Komunikasi adalah proses dimana simbol verbal dan
nonverbal dikirimkan, diterima dan diberi arti.
Raymond Ross
menyatakan bahwa Pengertian Komunikasi adalah proses menyortir, memilih
dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar membantu pendengar
membangkitkan respons/ makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan
oleh komunikator.
Unsur-Unsur
Komunikasi
1. Komunikator: orang yang menyampaikan pesan
2. Komunikan: orang yang menerima ide, pesan, pernyataan, dll
3. Pesan: ide atau keinginan dari komunikator yang didukung oleh lambang
4. Media: sarana atau saluran yang menunjang pesan
5. Efek atau feedback, tanggapan dari pihak komunikan terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator
jenis-jenis feedback:
a. zero feedback (pesan tidak dimengerti oleh komunikan)
b. positive feedback (pesan dimengerti oleh komunikan)
c. neutral feedback (respon yang tidak memihak/tidak mendukung ataupun menentang)
d. negative feedback (respon yang bersifat merugikan atau menyudutkan komunikator
1. Komunikator: orang yang menyampaikan pesan
2. Komunikan: orang yang menerima ide, pesan, pernyataan, dll
3. Pesan: ide atau keinginan dari komunikator yang didukung oleh lambang
4. Media: sarana atau saluran yang menunjang pesan
5. Efek atau feedback, tanggapan dari pihak komunikan terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator
jenis-jenis feedback:
a. zero feedback (pesan tidak dimengerti oleh komunikan)
b. positive feedback (pesan dimengerti oleh komunikan)
c. neutral feedback (respon yang tidak memihak/tidak mendukung ataupun menentang)
d. negative feedback (respon yang bersifat merugikan atau menyudutkan komunikator
Bagaimana
menyalurkan ide melalui organisasi
Komunikasi dalam
organisasi sangat penting karena dengan adanya komunikasi maka seseorang bisa
berhubungan dengan orang lain dan saling bertukar pikiran yang bisa menambah
wawasan seseorang dalam bekerja atau menjalani kehidupan sehari-hari. Maka
untuk membina hubungan kerja antar pegawai maupun antar atasan bawahan perlulah
membicarakan komunikasi secara lebih terperinci.
Dalam menyalurkan solusi dan ide melalui komunikasi
harus ada si pengirim berita (sender) maupun si penerima berita (receiver).
Solusi-solusi yang diberikan pun tidak diambil seenaknya saja, tetapi
ada penyaringan dan seleksi,
manakah solusi yang terbaik yang akan diambil, dan yang akan dilaksanakan oleh
organisasi tersebut agar mencapai tujuan, serta visi, misi suatu organisasi.
Akan tetapi dalam prakteknya proses komunikasi harus
melalui tahapan-tahapan yang kadang-kadang tidak begitu mudah. Adapun
tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
Ide (gagasan) => Si Sender
Perumusan
Dalam perumusan, disini ide si sender disampaikan dalam kata-kata.
Dalam perumusan, disini ide si sender disampaikan dalam kata-kata.
Penyaluran (Transmitting)
Penyaluran ini adalah bisa lisan, tertulis, mempergunakan symbol, atau isyarat dsb.
Penyaluran ini adalah bisa lisan, tertulis, mempergunakan symbol, atau isyarat dsb.
Tindakan
Dalam tindakan ini sebagai contoh misalnya perintah-perintah dalam organisasi dilaksanakan.
Dalam tindakan ini sebagai contoh misalnya perintah-perintah dalam organisasi dilaksanakan.
Pengertian
Dalam pengertian ini disini kata-kata si sender yang ada dalam perumusan tadi menjadi ide si receiver.
Dalam pengertian ini disini kata-kata si sender yang ada dalam perumusan tadi menjadi ide si receiver.
Penerimaan
Penerimaan ini diterima oleh si penerima berita (penangkap berita).
Penerimaan ini diterima oleh si penerima berita (penangkap berita).
Dalam membina kerja
sama dalam kelompok inilah yang nantinya digunakan dalam rangka membina
koordinasi organisasi kesatuan gerak dan arah yang sesuai dengan arah dan
tujuan organisasi.
Agar tercapai
koordinasi dalam kerjasama pada organisasi itu sangat penting dilaksanakannya
komunikasi yang setepat-tepatnya dan seefektif mungkin sehingga koordinasi dan
kerjasama benar-benar dapat dilaksanakan setepat-tepatnya juga.
Suatu keputusan adalah
rasional secara sengaja bila penyesuaian-penyesuaian sarana terhadap hasil
akhir dicoba dengan sengaja oleh individu atau organisasi, dan suatu keputusan
adalah rasional secara organisasional bila keputusan diarahkan ke tujuan-tujuan
individual.
Pengambilan keputusan
juga sangat memerlukan komunikasi yang setepat-tepatnya, karena dalam akhir
dari pengambilan keputusan tersebut hendaknya juga merupakan pencerminan dari
adanya koordinasi dan kerjasama yang tercipta dalam lingkungan perusahaan atau
lingkungan organisasi.
A. Hambatan internal,
adalah hambatan yang berasal dari dalam diri
individu yang terkait kondisi fisik dan psikologis. Contohnya, jika
seorang mengalami gangguan pendengaran maka ia akan mengalami hambatan komunikasi. Demikian pula seseorang yang sedang tertekan (depresi) tidak akan dapat melakukan komunikasi dengan baik.
individu yang terkait kondisi fisik dan psikologis. Contohnya, jika
seorang mengalami gangguan pendengaran maka ia akan mengalami hambatan komunikasi. Demikian pula seseorang yang sedang tertekan (depresi) tidak akan dapat melakukan komunikasi dengan baik.
B. Hambatan eksternal,
adalah hambatan yang berasal dari luar individu yang terkait dengan lingkungan
fisik dan lingkungan sosial budaya.
Contohnya, suara gaduh dari lingkungan sekitar dapat menyebabkan
komunikasi tidak berjalan lancar. Contoh lainnya, perbedaan latar
belakang sosial budaya dapat menyebabkan salah pengertian.
Contohnya, suara gaduh dari lingkungan sekitar dapat menyebabkan
komunikasi tidak berjalan lancar. Contoh lainnya, perbedaan latar
belakang sosial budaya dapat menyebabkan salah pengertian.
Klasifikasi Komunikasi
Dalam Organisasi
1. Dari segi sifatnya :
a. Komunikasi Lisan
b. Komunukasi Tertulis
c. Komunikasi Verbal
d. Komunikasi Non Verbal
1. Dari segi sifatnya :
a. Komunikasi Lisan
b. Komunukasi Tertulis
c. Komunikasi Verbal
d. Komunikasi Non Verbal
Klasifikasi Komunikasi
Dalam Organisasi
2. Dari segi arahnya
a. Komunikasi Ke atas
b. Komunikasi Ke bawah
c. Komunikasi Diagonal Keatas
d. Komunikasi Diagonal Kebawah
e. Komunikasi Horizontal
f. Komunikasi Satu Arah
g. Komunikasi Dua Arah
2. Dari segi arahnya
a. Komunikasi Ke atas
b. Komunikasi Ke bawah
c. Komunikasi Diagonal Keatas
d. Komunikasi Diagonal Kebawah
e. Komunikasi Horizontal
f. Komunikasi Satu Arah
g. Komunikasi Dua Arah
Klasifikasi Komunikasi
Dalam Organisasi
3. Menurut Lawannya :
a. Komunikasi Satu Lawan Satu
b. Komunikasi Satu Lawan Banyak (kelompok)
c. Kelompok Lawan Kelompok
3. Menurut Lawannya :
a. Komunikasi Satu Lawan Satu
b. Komunikasi Satu Lawan Banyak (kelompok)
c. Kelompok Lawan Kelompok
Klasifikasi Komunikasi
Dalam Organisasi
4. Menurut Keresmiannya :
a. Komunikasi Formal
b. Komunikasi Informal
4. Menurut Keresmiannya :
a. Komunikasi Formal
b. Komunikasi Informal
Faktor Ekstern
Adalah penyebab perubahan
yang berasal dari luar, atau sering disebut lingkungan. Organisasi bersifat
responsive terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya. Oleh karena itu,
jarang sekali suatu organisasi melakukan perubahan besar tanpa adanya dorongan
yang kuat dari lingkungannya. Artinya, perubahan yang besar itu terjadi karena
lingkungan menuntut seperti itu. Beberapa penyebab perubahan organisasi yang
termasuk faktor ekstern adalah perkembangan teknologi, faktor ekonomi dan
peraturan pemerintah.
Perkembangan dan
kemajuan teknologi juga merupakan penyebab penting dilakukannya perubahan.
Penggantian perlengkapan lama dengan perlengkapan baru yang lebih modern
menyebabkan perubahan dalam berbagai hal, misalnya: prosedur kerja, kualitas
dan kuantitas tenaga kerja, jenis bahan baku, jenis output yang dihasilkan,
system penggajian yang diberlakukan yang memungkinkan jumlah bagian-bagian yang
ada dikurangi atau hubungan pola kerja diubah karena adanya perlengkapan baru.
Perkembangan IPTEK
terus berlanjut sehingga setiap saat ditemukan berbagai produk teknologi baru
yang secara langsung atau tidak memaksa organisasi untuk melakukan perubahan.
Organisasi yang tidak tanggap dan bersedia menyerap berbagai temuan teknologi tersebut
akan tertinggal dan pada gilirannya tidak akan sanggup survive.
Faktor Intern
Adalah penyebab perubahan
yang berasal dari dalam organisasi yang bersangkutan, yang dapat berasal dari
berbagai sumber antara lain:
- Problem
hubungan antar anggota,
- Problem
dalam proses kerja sama,
- Problem
keuangan.
Hubungan antar anggota
yang kurang harmonis merupakan salah satu problem yang lazim terjadi. Dibedakan
menjadi dua, yaitu: problem yang menyangkut hubungan atasan bawahan (hubungan yang
bersifat vertikal), dan problem yang menyangkut hubungan sesama anggota yang
kedudukannya setingkat (hubungan yang bersifat horizontal). Problem atasan
bawahan yang sering timbul adalah problem yang menyangkut pengambilan keputusan
dan komunikasi. Keputusan pimpinan yang berkenaan dengan system pengupahan,
misalnya dianggap tidak adil atau tidak wajar oleh bawahan, atau putusan
tentang pemberlakuan jam kerja yang dianggap terlalu lama, dsb. Hal ini akan
menimbulkan tingkah laku anggota yang kurang menguntungkan organisasi, misalnya
anggota sering terlambat. Komunikasi atasan bawahan juga sering menimbulkan
problem. Keputusannya sendiri mungkin baik tetapi karena terjadi salah
informasi, bawahan menolak keputusan pimpinan. Dalam hal seperti ini perubahan yang
dilakukan akan menyangkut system saluran komunikasi yang digunakan.
Problem yang sering
timbul berkaitan dengan hubungan sesame anggota organisasi pada umumnya
menyangkut masalah komunikasi dan kepentingan masing-masing anggota.
Proses kerja sama yang
berlangsung dalam organisasi juga kadang-kadang merupakan penyebab dilakukannya
perubahan. Problem yang timbul dapat menyangkut masalah system kerjasamanya dan
dapat pula menyangkut perlengkapan atau peralatan yang digunakan. Sistem kerja
sama yang terlalu birokratis atau sebaliknya dapat menyebabkan suatu organisasi
menjadi tidak efisien. System birokrasi (kaku) menyebabkan hubungan antar
anggota menjadi impersonal yang mengakibatkan rendahnya semangat kerja dan pada
gilirannya produktivitas menurun, demikian sebaliknya. Perubahan yang harus
dilakukan akan menyangkut struktur organisasi yang digunakan.
Perlengkapan yang
digunakan dalam mengolah input menjadi output juga dapat merupakan penyebab
dilakukannya perubahan. Tujuan penggunaan berbagai perlengkapan dan peralatan
dalam proses kerjasama ialah agar diperoleh hasil secara efisien.
Perubahan adalah
merupakan suatu proses yang sangat rumit dan untuk bekerja secara efektif
dengan lingkungan terutama dengan orang-orang di sekitar kita, maka penting
sekali untuk dapat memahami beberapa karakteristik yang berkaitan dengan proses
perubahan ini.
Bila kita dapat
memahami proses perubahan, maka dalam hal pengambilan keputusan akan lebih
didasarkan pada informasi tentang bagaimana membantu seseorang atau orang lain
dan mengurangi frustasi pada diri.
Dalam suatu proses
perbahan, juga terdapat karakteristik nya. Dan berikut ini merupakan beberapa
karakteristik perubahan :
a. Dibutuhkan
waktu yang lama untuk mempromosikan perubahan di umum. Dalam hal ini, waktu
sangat bereran penting dalam terwujudnya suatu proses perubahan yang dilakukan
oleh seseorang.
b. Untuk berubah,
seseorang membutuhkan motivasi, kemauan, dukunan, serta tekanan (pressure) yang
sama. penekanan dilakukan untuk merubah suatu kebiasaan yang sering dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari. Tekanan tanpa dukungan, justru akan menghasilkan
frustasi dan bukan peningkatan. Tekanan yang disertai dukungan akan
menghasilkan perubahan.
c. Perubahan bukan hal
yang linier (lurus). Melakukan suatu perubahan, merupakan hal yang mudah, namun
tak mudah. Dalam melakukannya membutuhkan faktor lain, dan itu harus sejalan
dengan yang diinginkan.
d. Tidak semua orang
bereaksi pada suatu inovasi. Dalam hal ini, tidak semua orang dapat memasukkan
dirinya dalam suatu proses dengan mudah. Pasti membutuhkan usaha yang cukup
keras untuk berinovasi.
Pengembangan
organisasi yang efektif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Merupakan strategi
terencana dalam mewujudkan perubahan organisasional, yang memiliki sasaran
jelas berdasarkan diagnosa yang tepat tentang permasalahan yang dihadapi oleh
organisasi.
Merupakan kolaborasi
antara berbagai pihak yang akan terkena dampak perubahan yang akan terjadi.
Menekankan cara-cara
baru yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja seluruh organisasi dan semua
satuan kerja dalam organisasi.
Mengandung nilai
humanistik dimana pengembangan potensi manusia menjadi bagian terpenting.
Menggunakan pendekatan
komitmen sehingga selalu memperhitungkan pentingnya interaksi, interaksi dan
interdependensi antara berbagai satuan kerja sebagai bagian integral di suasana
yang utuh.
Menggunakan pendekatan
ilmiah dalam upaya meningkatkan efektivitas organisasi.
alam kegiatan
pengembangan organisasi terdapat berbagai macam metode yang pada dasarnya
dikelompokan dalam 2 macam, yaitu metode pengembangan perilaku, dan metode
pengembangan keterampilan dan sikap.
1. Metode Pengembangan Perilaku
Metode pengembangan perilaku atau Behavioral Development Methode merupakan metode yang berusaha menyelidiki secara mendalam tentang proses perilaku kelompok dan individu. Hal itu dapat dilakukan dengan mempergunakan berbagai cara. Dengan kata lain, metode pengembangan perilaku dapat dibedakan menjadi berberapa macam. Dalam buku ini hanya disebutkan 4 macam yaitu, jaringan manajerial, latihan kepekaan, pembentukan tim, dan umpan balik survai.
Jaringan manajerial : Jaringan manajerial atau kisi manajerial disebut juga latihan jaringan adalah suatu metode pengembangan organisasi yang didasarkan jaringan material. Teori ini dipelopori oleh Robert Blake dan Jane Mouton. Menurut mereka, gaya kepemimpinan akan menjadi sangat efektif apabila perhatian pimpinan terhadap produksi dan orang dalam keadaan seimbang. Dalam hal demikian pimpinan menunjukkan perhatian tinggi baik terhadap produksi maupun terhadap orang.
Latihan Kepekaan : merupakan latihan dalam kelompok. Oleh karena itu metode ini dinamakan pula metode T-group. dalam metode ini yang dimaksud dengan kepekaan adalah kepekaan terhadap diri sendiri dan terhadap hubungan diri sendiri dengan orang lain. Metode ini berlandaskan pada anggapan bahwa kesulitan untuk berprestasi disebabkan oleh adanya persoalan emosional dari kelompok orang-orang yang harus mencapi tujuan.
Pembentukan Tim : Merupakan salah satu metode pengembangan organisasi dengan mengembangkan perilaku kelompok melalui suatu teknik intervensi yang disebut pembentukan tim. Tujuan dari pada pengembangan perilaku kelompok ialah untuk melakukan pekerjaan secara efektif dengan membentuk tim.
Umpan Balik Survai : adalah suatu metode yang berusaha mengumpulkan data-data dari para anggota organisasi. Data itu meliputi data-data yang berhubungan dengan tingkah laku, sikap, seta berbagai perasaan lain yang ada pada diri setiap anggota organisasi.
2. Metode Pengembangan Keterampilan dan Sikap
Metode ini merupakan suatu program latihan yang dilaksanakan secara terus-menerus dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap para anggota organisasi. Oleh karena itu yang dimaksud dengan latihan atau training adalah suatu proses pengembangan kecakapan, pengetahuan,
1. Metode Pengembangan Perilaku
Metode pengembangan perilaku atau Behavioral Development Methode merupakan metode yang berusaha menyelidiki secara mendalam tentang proses perilaku kelompok dan individu. Hal itu dapat dilakukan dengan mempergunakan berbagai cara. Dengan kata lain, metode pengembangan perilaku dapat dibedakan menjadi berberapa macam. Dalam buku ini hanya disebutkan 4 macam yaitu, jaringan manajerial, latihan kepekaan, pembentukan tim, dan umpan balik survai.
Jaringan manajerial : Jaringan manajerial atau kisi manajerial disebut juga latihan jaringan adalah suatu metode pengembangan organisasi yang didasarkan jaringan material. Teori ini dipelopori oleh Robert Blake dan Jane Mouton. Menurut mereka, gaya kepemimpinan akan menjadi sangat efektif apabila perhatian pimpinan terhadap produksi dan orang dalam keadaan seimbang. Dalam hal demikian pimpinan menunjukkan perhatian tinggi baik terhadap produksi maupun terhadap orang.
Latihan Kepekaan : merupakan latihan dalam kelompok. Oleh karena itu metode ini dinamakan pula metode T-group. dalam metode ini yang dimaksud dengan kepekaan adalah kepekaan terhadap diri sendiri dan terhadap hubungan diri sendiri dengan orang lain. Metode ini berlandaskan pada anggapan bahwa kesulitan untuk berprestasi disebabkan oleh adanya persoalan emosional dari kelompok orang-orang yang harus mencapi tujuan.
Pembentukan Tim : Merupakan salah satu metode pengembangan organisasi dengan mengembangkan perilaku kelompok melalui suatu teknik intervensi yang disebut pembentukan tim. Tujuan dari pada pengembangan perilaku kelompok ialah untuk melakukan pekerjaan secara efektif dengan membentuk tim.
Umpan Balik Survai : adalah suatu metode yang berusaha mengumpulkan data-data dari para anggota organisasi. Data itu meliputi data-data yang berhubungan dengan tingkah laku, sikap, seta berbagai perasaan lain yang ada pada diri setiap anggota organisasi.
2. Metode Pengembangan Keterampilan dan Sikap
Metode ini merupakan suatu program latihan yang dilaksanakan secara terus-menerus dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap para anggota organisasi. Oleh karena itu yang dimaksud dengan latihan atau training adalah suatu proses pengembangan kecakapan, pengetahuan,
metode pengembangan
komunikasi
keterampilan,
keahlian, dan sikap tingkah laku dari para anggota organisasi. Program latihan
dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya ialah latihan di tempat
kerja, latihan instruksi kerja, latihan di luar tempat pekerjaan, dan latihan
di tempat kerja tiruan.
Latihan di tempat kerja : Latihan kerja di tempat kerja yang sebenarnya. Latihan ini melatih anggota organisasi untuk menjalankan pekerjaan-pekerjaan dengan lebih efisien. Keuntungan yang diperoleh dalam latihan di tempat kerja ini antara lain, sangat ekonomis karena para peserta tetap produktif selama mereka mengikuti dan menjalankan latihan, selain itu prestasi anggota organisasi tidak akan berkurang atau hilang, hal ini sangat berbeda apabila dibanding dengan latihan yang diadakan diluar tempat kerja. Latihan yang di luar tempat kerja akan mengakibatkan sebagian prestasi hilang apabila peserta latihan kembali ke tempat kerjanya masing-masing.
Latihan instruksi kerja : Terdiri dari 3 macam yaitu Job Instruction Training (latihan mengenai proses pemberian instruksi-instruksi kerja. Para peserta latihan mula-mula diperkenalkan dengan pekerjaan, dan kepada mereka diberikan berbagai instruksi dan demonstrasi secara bertahap mengenai fungsi pekerjaan.) Job Methode Training (Latihan yang berhubungan dengan penyederhanaan kerja) Job Relation Training (Latihan yang berhubungan dengan faktor manusian di dalam pekerjaannya setiap hari)
Latihan di luar tempat kerja : merupakan latihan yang diadakan di luar tempat kerja. Salah satu keuntungan dari latihan ini adalah adanya motivasi dari para peserta latihan untuk lebih memahami materi/bahan pelajaran mengingat mereka tidak dibebani dengan pekerjaan selama mereka mengikuti latihan.
Latihan di tempat kerja tiruan : adalah latihan yang diberikan pada tempat kerja tiruan. Latihan ini umumnya diberikan kepada mereka yang bekerja di tempat-tempat kerja yang membawa risiko cukup besar. Dengan latihan ini diharapkan para peserta lebih banyak menguasai tentang teknik-teknik kerja yang baik.
Latihan di tempat kerja : Latihan kerja di tempat kerja yang sebenarnya. Latihan ini melatih anggota organisasi untuk menjalankan pekerjaan-pekerjaan dengan lebih efisien. Keuntungan yang diperoleh dalam latihan di tempat kerja ini antara lain, sangat ekonomis karena para peserta tetap produktif selama mereka mengikuti dan menjalankan latihan, selain itu prestasi anggota organisasi tidak akan berkurang atau hilang, hal ini sangat berbeda apabila dibanding dengan latihan yang diadakan diluar tempat kerja. Latihan yang di luar tempat kerja akan mengakibatkan sebagian prestasi hilang apabila peserta latihan kembali ke tempat kerjanya masing-masing.
Latihan instruksi kerja : Terdiri dari 3 macam yaitu Job Instruction Training (latihan mengenai proses pemberian instruksi-instruksi kerja. Para peserta latihan mula-mula diperkenalkan dengan pekerjaan, dan kepada mereka diberikan berbagai instruksi dan demonstrasi secara bertahap mengenai fungsi pekerjaan.) Job Methode Training (Latihan yang berhubungan dengan penyederhanaan kerja) Job Relation Training (Latihan yang berhubungan dengan faktor manusian di dalam pekerjaannya setiap hari)
Latihan di luar tempat kerja : merupakan latihan yang diadakan di luar tempat kerja. Salah satu keuntungan dari latihan ini adalah adanya motivasi dari para peserta latihan untuk lebih memahami materi/bahan pelajaran mengingat mereka tidak dibebani dengan pekerjaan selama mereka mengikuti latihan.
Latihan di tempat kerja tiruan : adalah latihan yang diberikan pada tempat kerja tiruan. Latihan ini umumnya diberikan kepada mereka yang bekerja di tempat-tempat kerja yang membawa risiko cukup besar. Dengan latihan ini diharapkan para peserta lebih banyak menguasai tentang teknik-teknik kerja yang baik.
PENGERTIAN PEMIMPIN
1. Drs.
H. Malayu S.P. Hasibuan
Pemimpin adalah
seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk
mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
2. Robert
Tanembaum
Pemimpin adalah mereka
yang menggunakan wewenang formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan,
mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua bagian pekerjaan
dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
3. Prof.
Maccoby
Pemimpin pertama-tama
harus seorang yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik
dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah orang
yang religius, dalam artian menerima kepercayaan etnis dan moral dari berbagai
agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak ketentuan gaib
dan ide ketuhanan yang berlainan.
4. Lao
Tzu
Pemimpin yang baik
adalah seorang yang membantu mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya mereka
tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
5. Davis
and Filley
Pemimpin adalah
seseorang yang menduduki suatu posisi manajemen atau seseorang yang melakukan
suatu pekerjaan memimpin.
TEORI KEPEMIMPINAN
Ada tiga hal yang
mendasari lahirnya teori kepemimpinan yaitu : Teori Genetik : Menjelaskan bahwa
orang jadi pemimpin, karena sejak lahir dia telah memiliki bakat sebagai
pemimpin dan emmang ditakdirkan sebagai pemimpin.
Teori Sosial : Teroi
mengatakan bahwa seorang pemimpin harus dibentuk, tidak begitu saja muncul dan
ditakdirkan sebagai pemimpin, oleh karena itu seorang jadi pemimpin karena
proses pendidikan dan pelatihan. Teori ekologis, ini merupakan penggabungan
dari dua teori diatas, dimana dijelaskan bahwa seorang menjadi pemimpin karena
bakat yang dimilikinya sejak lahir kemdian dikembangkan dengan pendidkan dan
pelatihan yang dipengaruhi pula oleh lingkungan sekitarnya. Tidak terlepas dari
lahirnya teori kepemimpinan diatas, maka dalam prakteknya ada dua terapan teori
kepemimpinan yaitu : Teori Sifat Kepemimpinan (Traist Theory) yang dikemukakan
oleh Charles Bird dan Teori Situasional (Situasional Theory) dikemukakan oleh
Filley.
1. Teori Sifat
Kepemimpinan (Traist Theory)
Teori ini bertitik
tolak dari asumsi bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh
sisfat-sifatnya. Sifat tersebut dapat berupa sifat fisik maupun sifat
psikologis. Dari hasil penelitian Charles dan David disimpulkan bahwa, ada Lima
sifat yang dapat menyebabkan keberhasilan kepemimpinan, yaitu :
a. Intelegensia
: Para pemimpin pada umumnya relatif harus lebih cerdas dari
orang-orang yang dipimpinya.
b. Visioner :
Pemimpin harus memiliki kematangag dan keluasan pandangan sosial. Secara
emosional para pemimpin harus mampu melihat suatu masalah secara utuh dan
memiliki control yang baik dalam mengendalikan kondisi yang kritis.
c. Percaya
Diri : Pemimpin harus memiliki kepercayaan diri dan keyakinan terhadap
diri sendiri yang didukung oleh kemampuan untuk menganalisis potensi, kekuatan,
kelemahan dan yang dimiliki sehingga dapat memaksimalkan potensi dalam dirinya
dan mengantisipasi kekurangan yang dimiliki
d. Motivasi :
Pemimpin memiliki dorongan semangat yang sangat kuat dari dalam dirinya untuk
senantiasa tampil sebagai solusi dari setiap permasalahan yang ada, dan
memiliki konsep problem solving yang jelas terhadap suatu masalah yang dihadapi
e. Komunikatif :
Pemimpin harus memiliki kemampuan melakukan hubungan dan komunikasi dengan
setiap orang dengan tipe apapun. Hal yang harus difahami bahwa untuk mencapai
suatu tujuan harus didukung oleh orang lain sehingga seorang pemimpin harus
memiliki kemampuan memahami individu yang dipimpinnya.
2. Teori Situasional
(Situasional Theory)
Teori ini berpendapat
bahwa keberhasilan seorang pemimpin disebabkan oleh situasi yang ada
disekitarnya, bukan karena sifat-sifatnya, bole dikatakan bahwa teori ini
mengamsusikan bahwa seorang pemimpin dapat berhasil karena “ kebetulan” situasi
disekitarnya mendukung. Menurut teori ini, ada beberapa faktor yang menjadikan
seorang pemimpin berhasil secara kebetulan :
a. Sejarah
organisasi : seorang pemimpin berhasil karena dia kebetulan memimpin
organisasi yang awalnya sudah berhasil dan memiliki nama besar, bukan karena
prestasi dia sebagai pimpinan di organisasi tersebut.
b. Umur dari
Pejabat lama : seorang pemimpin menjadi berhasil karena adanya
“warisan” dari pemimpin sebelumnya yang kebetulan menjadi seniornya dan karena
masa kepemimpinan pimpinan yang lama telah usai, maka dialah yang berhak
mewarisi kepemimpinan tersebut dengan segala nama besar pemimpin sebelumnya.
c. Masyarakat
Sekitar : Secara kebetulan masyarakat yang dipimpinnya adalah
masyarakat yang turut dan patuh terhadap apapun yang menjadi keputusannya.
d. Beban Kerja :
Seorang pemimpin dinilai berhasil karena kebetulan beban kerja yang menjadi
tanggungjawabnya sangat ringan dan tidak memiliki tantangan sedikit pun
sehingga dengan mudah diselesaikan tanpa halangan sedikitpun.
e. Susana
Psikologis : Pemimpin juga biasanya secara kebetulan diuntungkan oleh
bawahan yang dipimpin, ada kalanya seorang pemimpin hanya membawahi orang-orang
“biasa “ yang menerima segala sesuatu apa adanya dan sama sekali tidak memiliki
daya kritis sedikit pun terhadap kebijakan yang ada dalam organisasi, sehingga
organisasi dalam keadaan terkendali dan pemimpinnya dianggap berhasil.
f. Jenis
Organisasi : Keberhasilan Pemimpin juga karena kebetulan organisasi
yang dipimpin hanya dalam skala kecil sehingga masalah yang dihadapi tidak
kompleks, bahkan hampir dikatakan organisasi yang dipimpinnya tidak pernah
menemui kendala sedikitpun
g. Ketersediaan
Waktu : Kepemimpinan seseorang dianggap berhasil karena kebetulan dia
mengambil keputusan yang tepat, ini karena waktu yang digunakan untuk
memutuskan sesuatu sangat luas dan tidak mendesak sehingga keputusan yang
diambil dapat dipikirkan dengan tenang, lain halnya bila waktu yang dibutuhkan
untuk memutuskan sesuatu sangat sempit dan mendesak, pasti hasilnya tidak
maksimal.
PRILAKU KEPEMIMPINAN
Menurut Duncan, dalam
kepemimpinan ada beberapa prilaku yang kita kenal, namun secara umum dibagi
tiga yaitu :
1. Otokratis
Gaya kepemimpinan
Otokratis pada dasarnya adalah gaya kepemimpinan dimana pemimpin banyak
mempengaruhi atau menentukan perilaku bawahannya. Dalam gaya ini pemimpin
banyak memperhatikan pencapaian tujuan, oleh karena ini gaya ini lebih banyak
menentukan apa yang harus dicapai dan bagaimana mencapainya.
Gaya ini biasanya
digunakan oleh Pemimpin yang memiliki status yang tinggi, seorang yang berkuasa
dan memiliki kemampuan untuk membuat keputusan.
2. Demokratis
Gaya kepemimpinan
demokratis adalah gaya yang lebih banyak menekankan partispasi bawahan atau
orang yang dipimpinnya dalam menentukan suatu keputusan. Para bawahan diberikan
kesempatan untuk menentukan apa yang akan dicapai dan bagaimana mencapainya.
Gaya kepemimpinan in berasumsi bahwa pikiran pendapat orang banyak jauh lebih
baik daripada pendapat diri sendiri, selain itu akan berdampak pada
tanggungjawab pelaksanaannya.
3. Laissezfaire
(Bebas)
Gaya kepemimpinan ini
lebih banyak menekankan pada keputusan kelompok. Dalam gaya ini pemimpin akan
menyerakan pengambilan keputusan kepada kepentingan kelompok, apa yang terbaik
menurut kelompok itulah yang menjadi keputusan pimpinan.
GAYA DASAR
KEPEMIMPINAN
Dalam hubungannya
dengan prilaku pemimpin, maka ada dua hal yang biasanya dilakukan oleh pemimpin
terhadap bawahannya, yaitu prilaku mengarahkan dan prilaku mendukung.
Perilaku mengarahkan
adalah sejauhmana seorang pemimpin melibatkan diri dalam komunikasi satu arah.
Bentuk komunikasi satu arah ini diantaranya adalah memberitahukan apa yang
seharusnya dikerjakan, dimana tempatnya, bagaimana melakukanya dan mengawasi
secara ketat apa yang dilakukan oleh bawahannya.
Perilaku mendukung
adalah sejauh ana seorang pemimpin melibatkan diri dalam komunikasi dua arah,
misalnya mendengar saran bawahan, menyediakan dukungan dan dorongan, memudahkan
interaksi, serta melibatkan bawahan dalam mengambil keputusan.
Teori Kepemimpinan dan
Tipe-tipe Kepemimpinan (Sumber Lain)
Beberapa teori telah
dikemukakan para ahli majemen mengenai timbulnya seorang pemimpin. Teori yang
satu berbeda dengan teori yang lainnya.
Di antara berbagai
teori mengenai lahirnya paling pemimpin ada tiga di antaranya yang paling
menonjol yaitu sebagai berikut :
1. Teori Genetie
Inti dari teori ini
tersimpul dalam mengadakan “leaders are born and not made”. bahwa penganut
teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin akan karena ia telah dilahirkan
dengan bakat pemimpin.Dalamkeadaan bagaimana pun seorang ditempatkan pada
suatu waktu ia akn menjadi pemimpin karena ia dilahirkan untuk itu. Artinya
takdir telah menetapkan ia menjadi pemimpin.
2. Teori Sosial
Jika teori genetis
mengatakan bahwa “leaders are born and not made”, make penganut-penganut sosial
mengatakan sebaliknya yaitu :
“Leaders are made and
not born”.
Penganut-penganut
teori ini berpendapat bahwa setiap orang akan dapat menjadi pemimpin apabila
diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.
3. Teori Ekologis
Teori ini merupakan
penyempurnaan dari kedua teori genetis dan teori sosial. Penganut-ponganut
teori ini berpendapat bahwa seseorang hanya dapat menjadi pemimpin yang baik
apabila pada waktu lahirnya telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, bakat mana
kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pangalaman-pengalaman
yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang
telah dimilikinya itu.
Teori ini
menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori genetis dan teori sosial dan
dapat dikatakan teori yang paling baik dari teori-teori kepemimpinan.Namun demikian
penyelidikan yang jauh yang lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat
mengatakan secara pasti apa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang timbul
sebagai pemimpin yang baik.
Pada umumnya para
pemimpin dalam setiap organisasi dapat diklasifikasikan menjadi lima type utama
yaitu sebagai berikut :
1. Tipe pemimpin
otokratis
2. Tipe pemimpin
militoristis
3. Tipe pemimpin
paternalistis
4. Tipe pemimpin
karismatis
5. Tipe pomimpin
demokratis
1. Tipe pemimpin
demokratis
Tipe pemimpin ini
menganggap bahwa pemimpin adalah merupakan suatu hak.
Ciri-ciri pemimpin
tipe ini adalah sebagai berikut :
a. Menganggap bahwa
organisasi adalah milik pribadi
b. Mengidentikkan
tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
c. Menganggap bahwa
bawahan adalah sebagai alat semata-mata
d. Tidak mau menerima
kritik, saran dan pendapat dari orang lain karena dia menganggap dialah yang
paling benar.
e. Selalu bergantung
pada kekuasaan formal
f. Dalam menggerakkan
bawahan sering mempergunakan pendekatan (Approach) yang mengandung unsur
paksaan dan ancaman.
Dari sifat-sifat yang
dimiliki oleh tipe mimpinan otokratis tersebut di atas dapat diketahui bahwa
tipe ini tidak menghargai hak-hak dari manusia, karena tipe ini tidak dapat
dipakai dalam organisasi modern.
2. Tipe kepemimpinan
militeristis
Perlu diparhatikan
terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan seorang pemimpin tipe militeristis
tidak sama dengan pemimpin-pemimpin dalam organisasi militer. Artinya tidak
semua pemimpin dalam militer adalah bertipe militeristis.
Seorang pemimpin yang
bertipe militeristis mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. Dalam menggerakkan
bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah mencapai tujuan digunakan sebagai
alat utama.
b. Dalam menggerakkan
bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan jabatannya.
c. Sonang kepada
formalitas yang berlebihan
d. Menuntut disiplin
yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan
e. Tidak mau menerima
kritik dari bawahan
f. Menggemari
upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
Dari sifat-sifat yang
dimiliki oleh tipe pemimpin militeristis jelaslah bahwa ripe pemimpin seperti
ini bukan merupakan pemimpin yang ideal.
3. Tipe pemimpin
fathernalistis
Tipe kepemimpinan
fathornalistis, mempunyai ciri tertentu yaitu bersifat fathernal atau kepakan.kePemimpin
seperti ini menggunakan pengaruh yang sifat kebapaan dalam menggerakkan bawahan
mencapai tujuan. Kadang-kadang pendekatan yang dilakukan sifat terlalu
sentimentil.
Sifat-sifat umum dari
tipe pemimpin paternalistis dapat dikemukakan sebagai berikut:
a) Menganggap bawahannya
sebagai manusia yang tidak dewasa.
b) Bersikap terlalu
melindungi bawahan
c) Jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan. Karena itu jarang dan
pelimpahan wewenang.
d) Jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya tuk mengembangkan inisyatif daya kreasi.
e) Sering menganggap
dirinya maha tau.
Harus diakui bahwa
dalam keadaan tertentu pemimpin seperti ini sangat diporlukan. Akan tetapi
ditinjau dari segi sifar-sifar negatifnya pemimpin faternalistis kurang
menunjukkan elemen kontinuitas terhadap organisasi yang dipimpinnya.
4. Tipe kepemimpinan
karismatis
Sampai saat ini para
ahli manajemen belum berhasil menamukan sebab-sebab mengapa seorang pemimin
memiliki karisma. Yang diketahui ialah tipe pemimpin seperti ini mampunyai daya
tarik yang amat besar, dan karenanya mempunyai pengikut yang sangat besar.
Kebanyakan para pengikut menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin
seperti ini, pengetahuan tentang faktor penyebab Karena kurangnya seorang
pemimpin yang karismatis, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang
demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers), perlu
dikemukakan bahwa kekayaan, umur, kesehatan profil pendidikan dan sebagainya.
Tidak dapat digunakan sebagai kriteria tipe pemimpin karismatis.
5. Tipe Kepemimpinan
Demokratis
Dari semua tipe
kepemimpinan yang ada, tipe kepemimpinan demokratis dianggap adalah tipe
kepemimpinan yang terbaik. Hal ini disebabkan karena tipe kepemimpinan ini
selalu mendahulukan kepentingan kelompok dibandingkan dengan kepentingan
individu.
Beberapa ciri dari
tipe kepemimpinan demokratis adalah sebagai berikut:
1. Dalam proses
menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu
adalah mahluk yang termulia di dunia.
2. Selalu berusaha
menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan organisasi.
3. Senang menerima
saran, pendapat dan bahkan dari kritik bawahannya.
4. Mentolerir bawahan
yang membuat kesalahan dan berikan pendidikan kepada bawahan agar jangan
berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya kreativitas, inisyatif dan
prakarsa dari bawahan.
5. Lebih menitik beratkan
kerjasama dalam mencapai tujuan.
6. Selalu berusaha
untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya.
7. Berusaha
mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
8. Dan sebagainya.
Dari sifat-sifat yang
harus dimiliki oleh pemimpin tipe demokratis, jelaslah bahwa tidak mudah untuk
menjadi pemimpin demokratis.
Syarat-syarat pemimpin
yang baik
Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa seorang yang tergolong sebagai pemirnpin adalah seorang yang
pada waktu lahirnya yang berhasil memang telah diberkahi dengan bakat-bakat
kepemimpinan dan karirnya mengembangkan bakat genetisnya melalui pendidikan pengalaman
kerja.
Pengambangan kemampuan
itu adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus dengan maksud agar yang
bersangkutan semakin memiliki lebih banyak ciri-ciri kepemimpinan.
Walaupun belum ada
kesatuan pendapat antara para ahli mengenai syarat-syarat ideal yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin, akan tetapi beberapa di antaranya yang
terpenting adalah sebagai berikut :
a) Pendidikan umum
yang luas.
b) Pemimpin yang baik
adalah pemimpin yang genoralist yang baik juga.
c) Kemampuan berkembang
secara mental
d) Ingin tahu
e) Kemampuan analistis
f) Memiliki daya ingat
yang kuat
g) Mempunyai kapasitas
integratif
h) Keterampilan
berkomunikasi
i) Keterampilan
mendidik
j) Personalitas dan
objektivitas
k) Pragmatismo
l) Mempunyai naluri
untuk prioritas
m) Sederhana
n) Berani
o) Tegas dan
sebagainya.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar