BAB XI Contoh Kasus
Contoh kasus dari Ilmu Sosial Dasar
Setiap
tahun angka perokok pada remaja semakin bertambah, terutama siswa yang masih
duduk di bangku sekolah dasar hingga sekolah menengah ke atas. masalah seperti
ini tidak bisa di biarkan begitu saja, kita semua dapat berpartisipasi agar
perokok pada remaja setiap tahunnya bisa berkurang, untuk menyikapi masalah ini
agar di beri penyuluhan tentang dampak buruk dan bahayanya perokok di setiap
sekolah.
Sumber :
BAB II
Contoh kasus dari Penduduk, Masyarakat, dan Kebudayaan
Rambu Solo’ Pemakaman Adat Tana
Toraja
Siapa
yang tak kenal dengan Tana Toraja, negeri dengan begitu banyak adat istiadat
dan tempat tujuan wisata yang sangat indah. Tana Toraja, berjarak 300 kilometer
dari Makassar, Sulawesi Selatan, menyimpan berbagai macam adat dan budaya
leluhur yang diwariskan oleh nenek moyang mereka dan tetap lestari hingga
kini. Setiap keturunan suku Toraja, di manapun berada, wajib menjunjung
tinggi akar budaya nenek moyang mereka. Hingga kini, anak cucu keturunan suku
Tana Toraja yang berada di luar negeri dan berbagai wilayah di Indonesia, akan
tetap melakukan tradisi yang sama yang dilakukan oleh nenek moyang mereka
ribuan tahun yang lalu. Ketaatan mereka dalam menjalankan adat istiadat
dan budaya peninggalan nenek moyang mereka hingga kini, menarik banyak wisatawan
asing dan dalam negeri untuk mengunjungi Tana Toraja setiap tahunnya. Tana
Toraja, kini menjadi salah satu daerah wisata andalan yang dimiliki oleh
Sulawesi Selatan. Berbagai upacara adat yang dimiliki oleh Tana Toraja dan
diselenggarakan setiap tahun, menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan asing.
Ada berbagai upacara adat di Tana Toraja, salah satunya adalah Rambu Solo, upacara pemakaman leluhur yang telah meninggal beberapa tahun sebelumnya. Acaranya terdiri dari Sapu Randanan, dan Tombi Saratu’. Selain itu, dikenal juga upacara Ma’nene’ dan upacara Rambu Tuka’. Upacara Rambu Tuka’ dan Rambu Solo’ diiringi dengan seni tari dan musik khas Toraja selama berhari-hari. Rambu Tuka’ adalah upacara memasuki rumah adat baru yang disebut Tongkonan atau rumah yang selesai direnovasi satu kali dalam 50 atau 60 tahun. Upacara ini dikenal juga dengan nama Ma’Bua’, Meroek, atau Mangrara Banua Sura’.
Sementara itu, Rambu Solo’ sepintas seperti pesta besar. Padahal, merupakan prosesi pemakaman. Dalam adat Tana Toraja, keluarga yang ditinggal wajib menggelar pesta sebagai tanda penghormatan terakhir kepada yang telah meninggal. Orang yang meninggal dianggap sebagai orang sakit sehingga harus dirawat dan diperlakukan layaknya orang hidup, seperti menemaninya, menyediakan makanan, dan minuman, serta rokok atau sirih. Tidak hanya ritual adat yang dijumpai dalam upacara Rambu Solo’. Berbagai kegiatan budaya menarik pun ikut dipertontonkan, antara lain Mapasilaga Tedong (adu kerbau) dan Sisemba (adu kaki). Rambu Solo’ akan semakin meriah jika yang meninggal adalah keturunan raja atau orang kaya. Jumlah kerbau dan babi yang disembelih menjadi ukuran tingkat kekayaan dan derajat mereka saat masih hidup. Di Rantepao, Anda bisa menyaksikan upacara Rambu Solo yang meriah.
Pembangunan makan bagi keluarga yang meninggal dan penyelenggaraan Rambu Solo’ biasanya menelan dana ratusa juta rupiah hingga miliaran. Tak heran, karena banyak sekali ritual adat yang harus mereka jalankan dalam prosesi pemakaman tersebut. Salah satu Rambu Solo’ yang besar, berlangsung hingga tujuh hari lamanya. Yang seperti itu disebut Dipapitung Bongi. Hewan yang harus dipotong saja tak kurang dari 150 ekor, yang terdiri dari kerbau dan babi. Dagingnya akan mereka bagikan kepada penduduk desa sekitar yang membantu proses Rambu Solo’.
Upacara yang menyedot perhatian turis asing dan wisatawan lokal adalah adu kerbau atau yang biasa disebut Mapasilaga Tedong. Sebelum diadu, dilakukan parade kerbau terlebih dahulu. Kerbau adalah hewan yang dianggap suci bagi suku Toraja. Yang bule atau albino harganya akan sangat mahal, mencapai ratusan juta rupiah. Ada pula kerbau yang memiliki bercak-bercak hitam di punggung yang disebut salepo dan hitam di punggung (lontong boke).
Prosesi pemotongan kerbau ala Toraja, Ma’tinggoro tedong adalah kegiatan selanjutnya, yaitu menebas kerbau dengan parang dan hanya dengan sekali tebas. Semakin sore, pesta adu kerbau semakin ramai karena yang diadu adalah kerbau jantan yang sudah memiliki pengalaman berkelahi puluhan kali. Rambu Solo’ mencerminkan kehidupan masyarakat Tana Toraja yang suka gotong-royong, tolong-menolong, kekeluargaan, memiliki strata sosial, dan menghormati orang tua. Mengenai adu kerbau, ia mengakui di satu sisi menjadi daya tarik pariwisata, namun di sisi lain banyaknya kerbau, terutama kerbau bule (Tedong Bonga), yang dipotong akan mempercepat punahnya kerbau. Apalagi, konon Tedong Bonga termasuk kelompok kerbau lumpur (Bubalus bubalis) yang merupakan spesies yang hanya terdapat di Toraja. (Kredit Foto: torajacybernews.com)
Ada berbagai upacara adat di Tana Toraja, salah satunya adalah Rambu Solo, upacara pemakaman leluhur yang telah meninggal beberapa tahun sebelumnya. Acaranya terdiri dari Sapu Randanan, dan Tombi Saratu’. Selain itu, dikenal juga upacara Ma’nene’ dan upacara Rambu Tuka’. Upacara Rambu Tuka’ dan Rambu Solo’ diiringi dengan seni tari dan musik khas Toraja selama berhari-hari. Rambu Tuka’ adalah upacara memasuki rumah adat baru yang disebut Tongkonan atau rumah yang selesai direnovasi satu kali dalam 50 atau 60 tahun. Upacara ini dikenal juga dengan nama Ma’Bua’, Meroek, atau Mangrara Banua Sura’.
Sementara itu, Rambu Solo’ sepintas seperti pesta besar. Padahal, merupakan prosesi pemakaman. Dalam adat Tana Toraja, keluarga yang ditinggal wajib menggelar pesta sebagai tanda penghormatan terakhir kepada yang telah meninggal. Orang yang meninggal dianggap sebagai orang sakit sehingga harus dirawat dan diperlakukan layaknya orang hidup, seperti menemaninya, menyediakan makanan, dan minuman, serta rokok atau sirih. Tidak hanya ritual adat yang dijumpai dalam upacara Rambu Solo’. Berbagai kegiatan budaya menarik pun ikut dipertontonkan, antara lain Mapasilaga Tedong (adu kerbau) dan Sisemba (adu kaki). Rambu Solo’ akan semakin meriah jika yang meninggal adalah keturunan raja atau orang kaya. Jumlah kerbau dan babi yang disembelih menjadi ukuran tingkat kekayaan dan derajat mereka saat masih hidup. Di Rantepao, Anda bisa menyaksikan upacara Rambu Solo yang meriah.
Pembangunan makan bagi keluarga yang meninggal dan penyelenggaraan Rambu Solo’ biasanya menelan dana ratusa juta rupiah hingga miliaran. Tak heran, karena banyak sekali ritual adat yang harus mereka jalankan dalam prosesi pemakaman tersebut. Salah satu Rambu Solo’ yang besar, berlangsung hingga tujuh hari lamanya. Yang seperti itu disebut Dipapitung Bongi. Hewan yang harus dipotong saja tak kurang dari 150 ekor, yang terdiri dari kerbau dan babi. Dagingnya akan mereka bagikan kepada penduduk desa sekitar yang membantu proses Rambu Solo’.
Upacara yang menyedot perhatian turis asing dan wisatawan lokal adalah adu kerbau atau yang biasa disebut Mapasilaga Tedong. Sebelum diadu, dilakukan parade kerbau terlebih dahulu. Kerbau adalah hewan yang dianggap suci bagi suku Toraja. Yang bule atau albino harganya akan sangat mahal, mencapai ratusan juta rupiah. Ada pula kerbau yang memiliki bercak-bercak hitam di punggung yang disebut salepo dan hitam di punggung (lontong boke).
Prosesi pemotongan kerbau ala Toraja, Ma’tinggoro tedong adalah kegiatan selanjutnya, yaitu menebas kerbau dengan parang dan hanya dengan sekali tebas. Semakin sore, pesta adu kerbau semakin ramai karena yang diadu adalah kerbau jantan yang sudah memiliki pengalaman berkelahi puluhan kali. Rambu Solo’ mencerminkan kehidupan masyarakat Tana Toraja yang suka gotong-royong, tolong-menolong, kekeluargaan, memiliki strata sosial, dan menghormati orang tua. Mengenai adu kerbau, ia mengakui di satu sisi menjadi daya tarik pariwisata, namun di sisi lain banyaknya kerbau, terutama kerbau bule (Tedong Bonga), yang dipotong akan mempercepat punahnya kerbau. Apalagi, konon Tedong Bonga termasuk kelompok kerbau lumpur (Bubalus bubalis) yang merupakan spesies yang hanya terdapat di Toraja. (Kredit Foto: torajacybernews.com)
Sumber :
BAB III
Contoh kasus dari Individu, keluarga dan Masyarakat
Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke
dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah
sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai
aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma social yang berlaku. Perilaku
menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan
tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat
mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak
melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang.
Masalah sosial perilaku menyimpang dalam tulisan tentang
“Kenakalan Remaja” bisa melalui pendekatan individual dan pendekatan sistem.
Dalam pendekatan individual melalui pandangan sosialisasi. Berdasarkan
pandangan sosialisasi, perilaku akan diidentifikasi sebagai masalah sosial apabila
ia tidak berhasil dalam melewati belajar sosial (sosialisasi). Tentang perilaku
disorder di kalangan anak dan remaja (Kauffman , 1989 : 6) mengemukakan bahwa
perilaku menyimpang juga dapat dilihat sebagai perwujudan dari konteks sosial.
Perilaku disorder tidak dapat dilihat secara sederhana sebagai tindakan yang
tidak layak, melainkan lebih dari itu harus dilihat sebagai hasil interaksi
dari transaksi yang tidak benar antara seseorang dengan lingkungan sosialnya
Sumber :
BAB IV
Contoh kasus dari Pemuda dan Sosialisai
Akhir-akhir
ini, hampir setiap media massa mengkaji berita tentang tawuran atau kekerasan
antarpelajar. Hal ini telah menjadi bahan perbincangan publik yang tiada
hentinya. Tawuran antar pelajar sudah sangat sering terjadi, bahkan telah
membudaya dan turun temurun sejak beberapa tahun terakhir ini. Memang sungguh
merupakan fenomena yang memprihatinkan bagi kita semua.
Tawuran
pelajar ini merupakan salah satu bentuk sikap negatif pemuda khususnya di
kalangan pelajar yang meresahkan masyarakat.Kurangnya pemahaman mengenai rasa
bersosialisasi antar manusia mengakibatkan seorang pemuda mempunyai rasa
bangga karena banyak kawan dan merasa diri popular, mempunyai kekuatan fisik,
kelihaian, dan sebagainya. Namun hal seperti itulah yang akan membuat pemuda
tersebut terlihat bodoh.
Dengan melihat fenomena yang memprihatinkan ini, sudah sepantasnya bagi kita semua untuk mencoba mencari solusi atau jawaban atas realita yang ada. Tawuran atau kekerasan antarpelajar kini harus dicegah, karena masa depan bangsa ini sesungguhnya ada di tangan mereka.
Opini :
Menurut pendapat saya tentang contoh kasus diatas adalah biasanya tawuran disebabkan dari beberapa faktor diantaranya faktor lingkungan, faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor diri sendiri.
Maka dari itu perlunya pembinaan khusus dari pihak sekolah kepada anak didiknya. Jika dibiarkan tradisi turun-menurun ini akan terus berlanjut sampai ke generasi berikutnya, jika perlu diadakannya perjanjian perdamaian antar sekolah. Dan pentingnya juga perhatiaan dari masing-masing orang tua terhadap perkembangan anaknya di usia remaja.
Dengan melihat fenomena yang memprihatinkan ini, sudah sepantasnya bagi kita semua untuk mencoba mencari solusi atau jawaban atas realita yang ada. Tawuran atau kekerasan antarpelajar kini harus dicegah, karena masa depan bangsa ini sesungguhnya ada di tangan mereka.
Opini :
Menurut pendapat saya tentang contoh kasus diatas adalah biasanya tawuran disebabkan dari beberapa faktor diantaranya faktor lingkungan, faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor diri sendiri.
Maka dari itu perlunya pembinaan khusus dari pihak sekolah kepada anak didiknya. Jika dibiarkan tradisi turun-menurun ini akan terus berlanjut sampai ke generasi berikutnya, jika perlu diadakannya perjanjian perdamaian antar sekolah. Dan pentingnya juga perhatiaan dari masing-masing orang tua terhadap perkembangan anaknya di usia remaja.
Sumber :
BAB V
Contoh kasus dari Warga Negara dan Negara
Kesabaran Warga Kampung Sawah Habis
Warga Kampung Sawah, Cilincing,
Jakarta Utara, Rabu (28/11/2012), menggelar aksi demonstrasi untuk menagih
janji. Demo dilakukan di depan akses masuk gerbang tol Cakung-Cilincing,
akibatnya akses jalan menjadi lumpuh.
"Kami meminta segala jenis
dokumen kependudukan sesuai dengan domisili kami," kata Nurdin, salah satu
perwakilan warga kepada Kompas.com.
Menurut Nurdin, warga Kampung Sawah
sudah tinggal di daerah tersebut sebelum tahun 1970-an, sementara sertifikasi
tanah baru ada tahun 1972 yang dimenangkan oleh Badan Pertanahan Nasional
(BPN).
"Katanya itu yang resmi, tapi
sampai sekarang yang ngaku banyak. Ini kan kesalahan proses, sertifikat kan
cuma satu. Ini malah ada enam sertifikat dan tahun yang berbeda. Sekarang warga
sudah tahu semua, pasti uang yang sudah bicara bertahun - tahun. Ini haknya
warga Kampung Sawah," katanya.
Sampai berita ini diturunkan, warga
masih memblokir jalan dan meminta kejelasan. Menurut Nurdin ini menjadi klimaks
kesabaran mereka.
"Kami meminta legalitas sudah
sering, demo seperti ini baru sekali ini. Warga kami paling baik karena nggak
pernah demo, nggak pernah anarkis. Tapi malah dimanfaatkan diamnya kami ini.
Yang baik nggak berlaku di Indonesia. Kalau demo baru ada reaksi, ada janji dan
lainnya," katanya.
Demo hari ini menurut Nurdin murni
inisiatif warga. Tidak ada yang menggerakan, bahkan dalam rapat semalam warga
berbeda pendapat.
"Kalau bapak-bapaknya maunya
jangan sampai turun ke jalan, tapi ibu-ibunya maksa (turun ke jalan). Ya,
akhirnya kami bergerak bersama dan murni inisiatif warga," kata Nurdin.
Nurdin mengatakan, tidak satupun
tokoh masyarakat Kampung Sawah yang bisa didengar oleh warga sebelum ada
pernyataan tertulis mengenai pembatalan gusuran oleh pengadilan.
"Sekarang kan hari kerja
pengadilan, kantor gubernur dan wali kota juga buka. Sekarang bisa berkordinasi
dan kami nggak perlu nunggu lama. Sudah berpuluh-puluh tahun kami menunggu.
Setelah dapat kami bubar," katanya.
Sumber :
BAB VI
Contoh kasus dari Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat
Melonjaknya
angka penduduk diJakarta pasca lebaran
Pasca Lebaran, penduduk DKI Jakarta
diprediksi melonjak sebanyak 60 ribu jiwa. 3 juta jiwa warga Jakarta yang mudik
membawa sanak saudaranya ke Ibukota untuk mengadu nasib. Gubernur DKI Jakarta
Fauzi Bowo (Foke) mengancam akan memulangkan kaum urban yang tidak punya
kerjaan di Jakarta.
Sudah jadi tradisi arus balik perayaan
Idhul Fitri diikuti ledakan jumlah penduduk di Jakarta. Masyarakat Ibukota
yang mudik saat Lebaran, datang ke Jakarta lagi dengan menyertakan sanak saudaranya,
untuk ikut mengadu nasib di Jakarta. Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo,
mencatat masyarakat Jakarta yang mudik ke beberapa daerah di Jawa dan
Sumatera tahun ini mencapai 3 juta jiwa.Pasca Lebaran penduduk di Jakarta
dipastikan bakal makin padat. Diprediksi 60 ribu jiwa kaum urban bakal masuk
Ibukota untuk ikut mengadu nasib, mengais rezeki di Jakarta. Jika diamati,
sejak tiga tahun terakhir memang tren urbanisasi pasca Lebaran menurun. Namun,
penurunan angka urbanisasi itu tak selamanya berarti baik.
Sumber :
BAB VII
Contoh dari kasus Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan
Sebagai
contoh, bagi
masyarakat perkotaan, ketika mereka ingin berlibur, pasti mereka ingin
berlibur
di suatu desa yang sejuk dan damai, yang jauh dari kebisingan kota yang
selama
ini bergulat dengannya. Begitu pula bagi masyarakat pedesaan, ketika
merasa pekerjaan
di desa sudah tidak mencukupi lagi, pasti mereka ingin hijrah ke kota
untuk
mengadu nasib yang lebih baik lagi. Di sini terjadi hubungan antara
keduanya.
Ketika salah seorang dari kota pergi berlibur ke suatu desa, mereka
bertemu dengan penduduk di desa tersebut. Dia bisa saja membawa salah
satu dari
orang desa tersebut untuk bekerja di kota karena ia melihat pekerjaan di
desa
sudah tidak mendukung dan masih banyak pekerjaan di kota yang
menjanjikan. Di sinilah peran masyarakat kota untuk membuat lapangan
pekerjaan untuk
orang-orang dari desa yang hijrah ke kota. Jika semakin banyak
masyarakat desa
yang hijrah ke kota, maka seharusnya semakin banyak pula lapangan
pekerjaan
yang harus disediakan. Tapi, jika lapangan pekerjaan yang disediakan
sedikit,
sedangkan masyarakat desa yang hijrah ke kota semakin banyak, maka
justru akan
terjadi peningkatan angka pengangguran di kota.
Sumber :
BAB VIII
Contoh kasus dari Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat
JAKARTA, KOMPAS.com -- Gerakan radikalisme dan konflik sosial diprediksi
masih akan terus terjadi pada tahun-tahun mendatang. Pada tahun 2012,
pemerintah dan khususnya aparat keamanan, harus mewaspadai terjadinya aksi
radikalisme yang terdiri dari konflik-konflik sosial dan kekerasan atas nama
agama.
Demikian diungkapkan Ketua Lembaga
Swadaya Masyarakat Lazuari Birru, Dhyah Ruth, Jumat (3/2/2012) di Jakarta.
Menurut Dhyah, radikalisme yang terkait dengan konflik-konflik sosial bersumber
dari deprivasi ekonomi, yaitu perasaan terpinggirkan secara ekonomi.
Selain itu, menurut Dhyah, karena
adanya perasaan kalangan masyarakat yang teralienasi, yaitu perasaan terasing
hidup di lingkungan sendiri. Lalu, adanya perasaan terancam dari kelompok
masyarakat, yaitu perasaan bahwa posisinya dilemahkan atau tertekan.
Kelompok radikal, kata Dhyah,
berpotensi besar melakukan infiltrasi terhadap konflik-konflik sosial yang
terjadi di tengah-tengah masyarakat. Isu-isu marginalisasi, kesenjangan
ekonomi, dan kemiskinan, tetap menjadi fokus kampanye kelompok radikal.
Selain itu, pertentangan kelas juga
menjadi isu yang sangat mudah dimanfaatkan kelompok-kelompok tertentu untuk
menyulut kekerasan. Misalnya, buruh dengan pengusaha atau petani dengan
pengusaha agrobisnis atau perkebunan.
Dhyah mengungkapkan, dari survei
indeks radikalisme Lazuardi Birru tahun 2011, kelompok pekerjaan petani,
nelayan dan peternak memiliki indeks kerentanan tertinggi, yaitu 46,4.
Kemudian, kelompok pengangguran memiliki skor indeks kerentanan 44,8, dan
kelompok buruh dan pekerjaan serabutan mencapai 43.9.
"Skor itu berada di atas titik
aman, yaitu 33,3. Skor 0 menunjukkan tidak radikal dan skor 100 menunjukkan
sangat radikal," jelasnya.
opini : untuk menimalisir terjadinya
berbagai konflik, sebaiknya aparat hukum menjaga daerah yang rawan bentrokkan
secara bergantian. agar masyarakat yang tidak terlibat, bisa terjaga
keamanannya
Sumber
:
http://nasional.kompas.com/read/2012/02/03/22564017/Tahun.2012.Masih.Rentan.Konflik.Sosial
BAB IX
Contoh kasus dari Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Kemiskinan
Batas Kemiskinan Versi BPS Naik
Jakarta, Kompas - Badan Pusat Statistik
telah menggunakan batas garis kemiskinan yang baru. Sejak Maret 2011, batas
garis kemiskinan adalah pengeluaran Rp 233.740 per kapita per bulan atau naik
10,39 persen dibandingkan dengan batas garis kemiskinan Maret 2010 sebesar Rp
211.726.
opini : naik nya batas kemiskinan tidak
sebanding dengan perkembangan perekonomian di desa tertinggal yang miskin. Di
desa tersebut juga kurangnya paham terhadap teknologi yang saat ini terus
berkembang pesat. karena tidak dapt memanfaatkan teknologi, masyarakat jadi
tidak dapat mengembangkan usaha nya secara luas.
Sumber
:
http://cetak.kompas.com/read/2011/07/02/02154882/Batas.Kemiskinan.Versi.BPS.Naik
BAB X
Contoh dari kasus Agama dan Masyarakat
Kebangkitan Agama Bawa Pengaruh Besar
YOGYAKARTA,
KOMPAS - Sebanyak 40 peneliti dari sejumlah negara melakukan penelitian
fenomena kebangkitan agama di Asia Tenggara. Meningkatnya ekspresi beragama di
sejumlah negara ini dinilai memberi pengaruh besar pada kehidupan sosial,
ekonomi, dan politik masyarakat di kawasan.
opini :
kebangkitan agama memang sangat berpengaruh terhadapa suatu negara. sebab akan
terjadinya satu kesatuan yang sangat indah. hal ini akan semakin indah bila
kita juga menghormati orang orang yang berbeda agamanya. hidup rukun selamanya
Sumber
:
http://cetak.kompas.com/read/2011/01/07/03470288/Kebangkitan.Agama.Bawa.Pengaruh.Besar
Disusun
Oleh : Ridho Warisman (1KA07) [NPM: 17113629]
semoga bermanfaat dan
menambah wawasan anda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar