Creativity for college in University Gunadarma Please read and hopefully useful
Senin, 27 April 2015
PERKEMBANGAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI INDONESIA DIBANDINGKAN NEGARA LAIN
PERKEMBANGAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI INDONESIA DIBANDINGKAN NEGARA LAIN
Perkembangan teknologi jaringan komunikasi tak pernah berjalan di tempat, malah mereka berkembang dengan sangat cepat. Setiap negara pun seharusnya siap untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi ini. Dan saat ini hampir seluruh operator jaringan telekomunikasi di Indonesia bersaing untuk penerapan teknologi jaringan komunikasi 4G LTE, yang adalah teknologi jaringan internet generasi ke empat berbasis internet protocol (IP), yang membuat proses transfer data menjadi lebih lebih cepat dan stabil dari sebelumnya.
Tetapi Indonesia sebenarnya cukup tertinggal tentang jaringan komunikasi, karena 4G saja masuk Indonesia baru – baru ini pengembanganya, sedangkan Negara Negara luar seperti singapur sudah mau memasuki era 5G. Kebijakan yang tak konsisten ini menyebabkan Indonesia kini tertinggal dalam layanan telekomunikasi di kawasan ASEAN serta masih menghadapi masalah kesenjangan layanan informasi dan komunikasi.
Di Indonesia, jumlah pengguna Internet menurut perkiraan sebesar 1 juta orang dari sekitar 200 juta penduduk Indonesia. Angka tersebut sangatlah kecil dibandingkan dengan rasio pengguna di Amerika Serikat. Berdasarkan data yang didapat dari APJII (Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia) dari 11.000 Sekolah Menengah Umum (SMU) di Indonesia, kurang dari 2% yang mempunyai sambungan ke Internet. Itu pun terkonsentrasi di wilayah Jabotabek dan kota-kota besar di Pulau Jawa.
Kondisi ini sangat memprihatinkan dan menjadikan Indonesia tertinggal jauh dibanding negara-negara lainnya yang telah terbiasa memanfaatkan Internet untuk pendidikan di sekolah-sekolah. Di sisi lain, memasuki abad ke-21 ini, diperkirakan kebutuhan tenaga ahli di bidang teknologi informasi akan meledak dan berbagai urusan diperkirakan hampir semuanya akan berbasiskan Internet.
Menurut mentri riset dan tekhnologi (hatta rajasa), melihat hasil penelitian human indeks dari 150 negara, indonesia hanya ada di posisi ke 110. Sedangkan dari achievement technology, Indonesia menduduki nomer 61 dari 64 negara. Maka dari itu, Indonesia harus terus menerus berinovasi dan menghasilkan buah karya atau produk dari IPTEK, sehingga penanaman IPTEK terhadap anak-anak sebagai generasi penerus harus diupayakan sedini mungkin, sehingga pada masa yang akan datang Indonesia pasti akan dapat menyaingi negara-negara lainnya dalam hal teknologi.
Dan baru baru ini kabel serat optic baru di pasangkan di jaringan Indonesia untuk mempercepat jaringan, padahal kabel serat optic sebenarnya sudah lama dipakai Negara-negara luar.
Refferensi :
http://luar-biasa.co/perkembangan-jaringan-telekomunikasi/
http://arinurhayati.blogspot.com/2010/04/perkembangan-teknologi-komunikasi-di.html
Sejarah atau Makna Lambang Telkomsel
~ Sejarah
Telkomsel adalah
operator telekomunikasi seluler GSM pertama
di Indonesia dengan
layanan pascabayar kartuHALO yang diluncurkan pada tanggal 26 Mei 1995. Saham Telkomsel
dimiliki oleh Telkom
Indonesia sebesar 65% dan sisanya oleh Singtel sebesar 35%.
Telkomsel menjadi operator seluler pertama di Asia yang menawarkan
layanan GSM prabayar. Telkomsel mengklaim sebagai operator telekomunikasi
seluler terbesar diIndonesia dengan
81,644 juta pelanggan per 31 Desember 2007 dan pangsa pasar
sebesar 51% per 1 Januari 2007. Jaringan Telkomsel
telah mencakup 288 jaringan roaming internasional di 155 negara pada akhir
tahun 2007.
Telkomsel telah menjadi
operator seluler ketujuh di dunia yang mempunyai lebih dari 100 juta pelanggan
dalam satu negara per Mei 2011. Telkomsel meluncurkan secara resmi layanan
komersial mobile 4G LTE pertama di Indonesia. Layanan Telkomsel 4G LTE memiliki
kecepatan data access mencapai 36 Mbps. Saat ini Telkomsel menggelar lebih dari
84.000 BTS yang menjangkau sekitar 98% wilayah populasi di Indonesia. Sebagai
operator selular nomor 6 terbesar di dunia dalam hal jumlah pelanggan,
Telkomsel merupakan pemimpin pasar industri telekomunikasi di Indonesia yang
kini dipercaya melayani lebih dari 139 juta pelanggan pada tahun 2014. Dalam
upaya memandu perkembangan industri telekomunikasi selular di Indonesia
memasuki era baru layanan mobile broadband, Telkomsel secara konsisten
mengimplementasikan roadmap teknologi 3G, HSDPA, HSPA+, serta uji coba
teknologi Long Term Evolution (LTE). Kini Telkomsel mengembangkan jaringan
broadband di 100 kota besar di Indonesia. Untuk membantu pelayanan kebutuhan
pelanggan, Telkomsel kini didukung akses call center 24 jam dan 430 pusat
layanan yang tersebar di seluruh Indonesia.
~ Makna Logo/Lambang Telkomsel
Lingkaran Elips
Horizontal, lingkaran yang membelah heksagon tersebut melambangkan
penyelenggara jasa telekomunikasi domestik (PT.Telkom). Lingkaran elips
vertikal, melambangkan penyelenggaraan jasa telekomunikasi Internasional di
Indonesia (PT.Telkom) sebagai salah satu “The Founding Father”. Heksagon Merah,
melambangkan seluler warna merah sendiri bermakna telkomsel berani dan siap
menyongsong masa depan dengan segala kemungkinan. Heksagon abu-abu kehitaman
melambangkan Telkomsel selalu siap mengayomi dan terus memenuhi kebutuhan
pelanggan, sedangkan warna abu-abu adalah warna logam yang berarti kesejukan,
luwes, dan fleksibel. Pertemuan dua lingkaran berwarna putih di atas heksagon
merah melambangkan bentuk huruf ‘t’ sebagai huruf awal telkomsel. Warna putih
pada huruf ‘t’ tersebut mengandung makna keberanian, keterbukaan, dan
transparansi.
Adapun slogan
PT.TELKOMSEL yaitu Begitu Dekat Begitu Nyata . Dengan demikian slogan ini
diharapkan dapat menjadikan TELKOMSEL sebagai perusahaan jasa
telekomunikasi bergerak yang paling banyak jumlah pelanggannya serta
TELKOMSEL selalu mengutamakan kualitas dan ketersediaan kapasitas jaringan
terluas serta menyediakan jasa pelayanan yang terbaik kepada pelanggannya.
Sumber:
Minggu, 12 April 2015
Wirausaha
Wirausaha
Wirausahawan (bahasa
Inggris: entrepreneur) adalah orang yang melakukan aktivitas wirausaha yang
dicirikan dengan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan
cara produksi baru, menyusun manajemen
operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya,
serta mengatur permodalan operasinya.
Mitos
Mitos-mitos tentang wirausahawan yang menyatakan
wirausahawan adalah pelaku, bukan pemikir. Seringkali mereka adalah orang
yang sangat metodis sehingga merencanakan tindakan mereka dengan hati-hati. Mereka
dilahirkan, tidak diciptakan. EAS Adiscipline membantu untuk menghilangkan
mitos ini. Seperti semua disiplin ilmu, wirausahawan memiliki model,
proses, dan kasus yang memungkinkan topik untuk dipelajari.
Mereka adalah penemu, misalnya Ray Kroc,
bukan ia yang menemukan waralaba makanan, tetapi ide-ide inovatifnya membuat McDonalds terkenal
ke seluruh dunia.
Mereka adalah orang aneh akademik dan sosial,
keyakinan bahwa pengusaha adalah akademisi dan sosialisi yang tidak berhasil
akibat dari beberapa pemilik usaha yang memulai perusahaan yang sukses setelah
putus sekolah atau berhenti bekerja tapi tidak lagi dipandang demikian, saat
ini dipandang sebagai seorang profesional.
Orientasi wirausahawan adalah uang, uang adalah
sumber daya tetapi tidak pernah menjadi tujuan akhir.
Semua membutuhkan keberuntungan, benar bila
keberuntungan berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat akan selalu
menghasilkan keuntungan. Tapi keberuntungan terjadi ketika persiapan bertemu
kesempatan.
Wirausahawan adalah pengambil risiko yang ekstrem (penjudi),
sebaliknya bekerja dengan risiko yang diperhitungkan.[2] Wirausahawan
bekerja paling sukses keras lewat perencanaan dan persiapan untuk meminimalkan
risiko yang terlibat dalam rangka untuk lebih mengontrol nasib visi mereka.
Perbedaan
Antara wirausahawan dengan profesi lainnya: Kelebihan-kelebihan
yang dimiliki, yaitu Kesempatan untuk mewujudkan cita-cita. Kesempatan untuk
menciptakan perubahan. Untuk mencapai potensi penuh Anda. Untuk menuai
keuntungan yang mengesankan. Memberikan kontribusi kepada masyarakat dan
mendapatkan pengakuan untuk usaha Anda. Dapat melakukan apa yang disukai dan
bersenang-senang. Kekurangan yang dimiliki, yakni Ketidakpastian pendapatan,
mendirikan dan menjalankan bisnis tidak memberikan jaminan akan mendapatkan
cukup uang untuk bertahan hidup.
Risiko kehilangan seluruh investasi, tingkat
kegagalan bisnis kecil relatif tinggi. Jam kerja yang panjang dan bekerja
keras, dun & Survei bradsheet melakukan survey, 65% dari wirausahawan
mencurahkan waktunya 40 jam atau lebih setiap minggu nya untuk perusahaan
mereka. Kualitas hidup lebih rendah sampai bisnis didirikan.Tanggung jawab
kompleks, banyak pengusaha diharuskan untuk membuat keputusan mengenai isu-isu
di luar bidang ilmu. Putus asa, sangat membutuhkan dedikasi,
disiplin, dan keuletan untuk mengatasinya.
Sikap
Sikap-sikap yang umum ditemui, yaitu:
Keinginan untuk preferensi tanggung jawab atas
risiko yang lebih besar, wirausahawan tidak mengambil risiko secara liar
melainkan memperhitungkan terlebih dahulu risiko yang akan diambil. Keyakinan
akan kemampuan mereka untuk berhasil. Biasanya memiliki kepercayaan diri
terhadap kemampuan mereka untuk berhasil. Keinginan untuk hasil segera. Tingkat
tinggi energi, lebih energik daripada rata-rata orang. Orientasi terhadap masa
depan. Berorientasi pada masa depan, wirausahawan kurang peduli dengan apa yang
telah mereka lakukan kemarin dibandingkan dengan apa yang akan mereka lakukan
besok. Keahlian dalam pengorganisasian, tahu bagaimana menempatkan orang yang
tepat di tempat yang tepat. Secara efektif menciptakan sinergi antara orang dan
pekerjaan, sehingga memungkinkan wirausahawan untuk mewujudkan visi mereka
menjadi kenyataan. Nilai prestasi atas uang.
Wirausaha
Modal Kecil
Suhandi Wijaya telah memiliki jiwa wirausaha sejak muda.
Pria yang sempat mengenyam pendidikan di luar negeri itu mengelola sendiri
usaha penyedia peralatan sablon digital, PT Blueray Technology atau yang lebih
dikenal dengan Bluerayshop. Peralatan sablon digitalnya dapat digunakan
pelanggannya untuk melakukan usaha bermodal kecil. Itu sebabnya, dia memilih
kalimat “Penyedia peluang usaha modal kecil untung besar” sebagai tagline
perusahaan sablon digital yang dikelolanya. Suhandi merasa optimistis, bisnis
yang dikerjakannya mampu memberikan profit sekaligus peluang bagi pelanggannya.
Dengan menggunakan produk-produknya, customer dapat menciptakan sejumlah produk antara lain sablonan untuk kaus, mug, pin, gantungan kunci atau juga ID card. Mereka yang ingin memulai usaha ini pun tidak perlu mengeluarkan biaya besar. Namun, hasil yang dapat diyakini mampu menciptakan keuntungan berlipat-lipat.“Banyak customer saya yang sudah merasakannya. Hanya dengan modal awal tidak lebih dari Rp1,5 juta kala itu, dia bisa menghasilkan keuntungan hingga Rp50 juta,”cerita Suhandi. Namun, apa yang dijualnya bukanlah alat ajaib. Artinya, perlu usaha keras bagi mereka yang ingin mengembangkan usaha ini. Cerita serupa yang dilakukannya dalam merintis usaha penyediaan alat sablon tersebut. Setelah menyelesaikan kuliah di Negeri Paman Sam, Suhandi kembali ke Indonesia tahun 2001.
Dia pernah mencoba bekerja dengan orang lain, terutama menjadi pegawai di bidang penjualan. Namun, itu tidak membuatnya nyaman. Dia membutuhkan usaha yang bisa dijalankan dan dikembangkan sendiri dengan semangat kebebasan. Diakui, jiwa entrepreneur memang sudah mengalir dalam dirinya.“Jadi, bagi saya adalah menemukan freedom dalam usaha yang saya jalankan. Ini hanya bisa dilakukan dengan membuka usaha sendiri,”ucapnya. Suhandi kemudian memutuskan untuk merintis usaha sendiri dalam penyediaan alat tulis kantor (ATK) pada 2002. Usaha tersebut menjadi titik awal karier yang dijalaninya saat ini. Kala itu modal yang dimilikinya tergolong kecil. Dia memiliki uang tidak lebih dari Rp10 juta. Namun dengan kegigihan, dia berusaha keras membesarkan usaha yang dijalankannya.
Dengan menggunakan model usaha cash on delivery (COD), dia mampu memutar uang yang dimilikinya. Karena setiap pemesanan barang diantar maka pembayaran pun langsung dilakukan di tempat. Namun, bukan berarti usaha tersebut berjalan mulus. Berbagai pengalaman pahit pernah dialaminya. Salah satunya ketika harus mengalami kecelakaan motor saat mengantar pesanan sebuah pulpen kepada konsumennya. Dari bisnis ATK, dia mulai memiliki modal yang bisa dipakai untuk melakukan usaha lain seperti furnitur, printer, maupun komputer. Usaha Suhandi mengalami titik balik saat dia mulai berkenalan dengan sistem infus printer atau CISS pada 2002.
Sistem yang populer pada saat itu diyakini bisa mengurangi biaya cetak tanpa mengurangi kualitas hasil cetakannya. Saat itu, Suhandi mulai fokus pada bisnis printer. Suhandi pun mencoba memopulerkan sistem infus di tengah-tengah kondisi printer yang masih bersistem isi ulang atau refill. Sukses dengan bisnis printer, bermodalkan usaha-usaha sebelumnya, dia kemudian memulai bisnis sablon digital dengan mendirikan Bluerayshop pada 2003. “Saya melihat usaha ini unik. Belum banyak yang melakukannya. Kenapa tidak dijalankan,” katanya. Awalnya dia menjalani usaha ini bersama tiga temannya. Namun, karena adanya perbedaan pendapat, jadilah Suhandi melakukannya seorang diri.
Berbekal pengalaman yang telah dimiliki, dia gigih memperjuangkan usaha ini. Didukung dengan jaringan yang sudah dimilikinya, dia mulai menawarkan kepada klien yang memang telah dikenalnya. Pelanggan Suhandi semakin bertambah setelah dia memanfaatkan jaringan bisnis secara online dan juga jaringan pertemanan sosial. Pria kelahiran tahun 1979 itu memahami sekali betapa besarnya jaringan yang bisa didapat melalui sistem online. Meskipun awalnya dia harus melakukan sendiri berbagai aktivitas yang bisa dikatakan remeh seperti menjawab email, mengurusi jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, hingga Yahoo Messenger (YM). Hampir setiap malam dia harus menjawab 100 email yang diterimanya. Tapi, lagi-lagi itu dilakukan untuk mendapatkan totalitas dalam usaha. Kini,dia telah memiliki dua kantor di daerah Mangga Dua untuk menjalankan bisnisnya.
Penghasilannya pun sudah berlipat dibandingkan usaha sebelumnya. Setiap bulan dia mampu menjual berbagai paket mesin sablon digital seharga Rp1 - 30 juta kepada 100–200 pelanggan. Artinya, omzet yang dimiliki sudah melebihi ratusan juta rupiah.
Baca artikel tentang BISNIS SAMPINGAN lainnya hanya di www.SampinganBisnis.com
Dengan menggunakan produk-produknya, customer dapat menciptakan sejumlah produk antara lain sablonan untuk kaus, mug, pin, gantungan kunci atau juga ID card. Mereka yang ingin memulai usaha ini pun tidak perlu mengeluarkan biaya besar. Namun, hasil yang dapat diyakini mampu menciptakan keuntungan berlipat-lipat.“Banyak customer saya yang sudah merasakannya. Hanya dengan modal awal tidak lebih dari Rp1,5 juta kala itu, dia bisa menghasilkan keuntungan hingga Rp50 juta,”cerita Suhandi. Namun, apa yang dijualnya bukanlah alat ajaib. Artinya, perlu usaha keras bagi mereka yang ingin mengembangkan usaha ini. Cerita serupa yang dilakukannya dalam merintis usaha penyediaan alat sablon tersebut. Setelah menyelesaikan kuliah di Negeri Paman Sam, Suhandi kembali ke Indonesia tahun 2001.
Dia pernah mencoba bekerja dengan orang lain, terutama menjadi pegawai di bidang penjualan. Namun, itu tidak membuatnya nyaman. Dia membutuhkan usaha yang bisa dijalankan dan dikembangkan sendiri dengan semangat kebebasan. Diakui, jiwa entrepreneur memang sudah mengalir dalam dirinya.“Jadi, bagi saya adalah menemukan freedom dalam usaha yang saya jalankan. Ini hanya bisa dilakukan dengan membuka usaha sendiri,”ucapnya. Suhandi kemudian memutuskan untuk merintis usaha sendiri dalam penyediaan alat tulis kantor (ATK) pada 2002. Usaha tersebut menjadi titik awal karier yang dijalaninya saat ini. Kala itu modal yang dimilikinya tergolong kecil. Dia memiliki uang tidak lebih dari Rp10 juta. Namun dengan kegigihan, dia berusaha keras membesarkan usaha yang dijalankannya.
Dengan menggunakan model usaha cash on delivery (COD), dia mampu memutar uang yang dimilikinya. Karena setiap pemesanan barang diantar maka pembayaran pun langsung dilakukan di tempat. Namun, bukan berarti usaha tersebut berjalan mulus. Berbagai pengalaman pahit pernah dialaminya. Salah satunya ketika harus mengalami kecelakaan motor saat mengantar pesanan sebuah pulpen kepada konsumennya. Dari bisnis ATK, dia mulai memiliki modal yang bisa dipakai untuk melakukan usaha lain seperti furnitur, printer, maupun komputer. Usaha Suhandi mengalami titik balik saat dia mulai berkenalan dengan sistem infus printer atau CISS pada 2002.
Sistem yang populer pada saat itu diyakini bisa mengurangi biaya cetak tanpa mengurangi kualitas hasil cetakannya. Saat itu, Suhandi mulai fokus pada bisnis printer. Suhandi pun mencoba memopulerkan sistem infus di tengah-tengah kondisi printer yang masih bersistem isi ulang atau refill. Sukses dengan bisnis printer, bermodalkan usaha-usaha sebelumnya, dia kemudian memulai bisnis sablon digital dengan mendirikan Bluerayshop pada 2003. “Saya melihat usaha ini unik. Belum banyak yang melakukannya. Kenapa tidak dijalankan,” katanya. Awalnya dia menjalani usaha ini bersama tiga temannya. Namun, karena adanya perbedaan pendapat, jadilah Suhandi melakukannya seorang diri.
Berbekal pengalaman yang telah dimiliki, dia gigih memperjuangkan usaha ini. Didukung dengan jaringan yang sudah dimilikinya, dia mulai menawarkan kepada klien yang memang telah dikenalnya. Pelanggan Suhandi semakin bertambah setelah dia memanfaatkan jaringan bisnis secara online dan juga jaringan pertemanan sosial. Pria kelahiran tahun 1979 itu memahami sekali betapa besarnya jaringan yang bisa didapat melalui sistem online. Meskipun awalnya dia harus melakukan sendiri berbagai aktivitas yang bisa dikatakan remeh seperti menjawab email, mengurusi jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, hingga Yahoo Messenger (YM). Hampir setiap malam dia harus menjawab 100 email yang diterimanya. Tapi, lagi-lagi itu dilakukan untuk mendapatkan totalitas dalam usaha. Kini,dia telah memiliki dua kantor di daerah Mangga Dua untuk menjalankan bisnisnya.
Penghasilannya pun sudah berlipat dibandingkan usaha sebelumnya. Setiap bulan dia mampu menjual berbagai paket mesin sablon digital seharga Rp1 - 30 juta kepada 100–200 pelanggan. Artinya, omzet yang dimiliki sudah melebihi ratusan juta rupiah.
Baca artikel tentang BISNIS SAMPINGAN lainnya hanya di www.SampinganBisnis.com
Refferensi :
http://peluangusahamodalkecil.weebly.com/contoh-pengusaha-sukses-dari-bisnis-kecil-berlaba-besar.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Wirausahawan
Minggu, 05 April 2015
Inovasi Perusahaan Waralaba J.CO dan Dunkin Donuts
Inovasi Perusahaan Waralaba J.CO dan Dunkin Donuts
Di era 80-an hingga 90-an Dunkin Donuts mengambil
peran yang sangat besar dengan produk utamanya Donuts. Cita rasa yang
khas dan lezat membuat perusahaan yang didirikan oleh William Rosenbergdi
Amerika Serikat itu sempat menguasai pasar donat pada masanya.
Dengan pilihan
rasa yang bermacam-macam Dunkin menciptakan inovasi pada tampilan
setiap produk donatnya dan memberikan gebrakan di tengah sedikitnya ragam jenis
donat yang beredar.
Tidak dapat dipungkiri Usaha franchise-nya pun
berkembang dengan pesat di seluruh dunia termasuk Indonesia. Seiring dengan perubahan waktu yang cepat kini hadir
perusahaan lain yang memiliki usaha serupa dengan Dunkin Donuts, dengan produk
yang sama, perlahan tapi pasti perusahaan ini sukses menarik pasar
konsumen Dunkin hingga beralih ke produknya.
Berawal dari seringnya melakukan perjalanan bisnis
ke luar negeri Johny Andrean Pemilik jaringan Breadtalk Indonesia,
mendapatkan kesempatan untuk mencicipi berbagai jenis donut dengan citarasa
yang unik dan berbeda-beda. Hal itu membuatnya tertarik untuk membeli bisnis franchise Dunkin
Donuts. Namun, berdasarkan pengamatannya ada beberapa hal yang tidak
sesuai dengan keinginannya mengenai produk dan citarasanya.
Melihat itu,
akhirnyaJohny memutuskan untuk mengembangkan produksi donatnya sendiri
tanpa harus membeli franchise. Ia memilih untuk menghasilkan bentuk dan
rasa donat yang sempurna sebagaimana yang pernah ia coba di USA, dengan
memfokuskan secara khusus pada bahan baku dan proses produksi.
Ketika kembali ke Indonesia, ia memutuskan untuk
membuka toko dan gerainya sendiri dengan konsep, rasa dan bentuk yang sama
dengan Dunkin Donuts. Dengan Brand J.CO ia mencari inovasi
yang tidak dimiliki dari perusahaan Dunkin Donuts , seperti konsep dapur
yang terbuka sehingga konsumen dapat melihat sendiri proses pembuatan dari
donat tersebut, lalu penambahan Topping pada produk donatnya.Selain itu ada
beberapa faktor yang membuat J.CO lebih unggul dari Dunkin Donuts, antara
lain 50 % Bahan baku donat tersebut di impor dari luar negeri seperti cokelat
yang diimpor dari Belgia, Susu dari Selandia baru dan beberapa minuman yang
diimpor dari Italia dan Costa Rica. Dengan itu J.CO mendapatkan posisi
sebagai produk dengan kualitas premium di Indonesia.
Jika dilihat dari kemajuan yang dicapai J.CO saat
ini, Johny Andreanmengambil keputusan tepat dengan mengembangkan gerainya
sendiri.Pengamatan pada perusahaan sejenis terdahulu membuatnya jeli dalam
melihat peluang dan inovasi pada produk yang dikembangkannya Secara kualitas,
Produk J.CO mengungguli produk sebelumnya. Johny melakukan
pengamatan, meniru dan memodifikasi produknya sehingga produknya menjadi lebih
baik. Walaupun belum setenar Dunkin Donuts, perlahan tapi pasti Johny
mulai merambah dunia internasional. Terbukti dengan dibukanya gerai J.CO di
Singapura yang menjadi titik awal Go International perusahaanya.
Langganan:
Komentar (Atom)


