Wirausaha
Wirausahawan (bahasa
Inggris: entrepreneur) adalah orang yang melakukan aktivitas wirausaha yang
dicirikan dengan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan
cara produksi baru, menyusun manajemen
operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya,
serta mengatur permodalan operasinya.
Mitos
Mitos-mitos tentang wirausahawan yang menyatakan
wirausahawan adalah pelaku, bukan pemikir. Seringkali mereka adalah orang
yang sangat metodis sehingga merencanakan tindakan mereka dengan hati-hati. Mereka
dilahirkan, tidak diciptakan. EAS Adiscipline membantu untuk menghilangkan
mitos ini. Seperti semua disiplin ilmu, wirausahawan memiliki model,
proses, dan kasus yang memungkinkan topik untuk dipelajari.
Mereka adalah penemu, misalnya Ray Kroc,
bukan ia yang menemukan waralaba makanan, tetapi ide-ide inovatifnya membuat McDonalds terkenal
ke seluruh dunia.
Mereka adalah orang aneh akademik dan sosial,
keyakinan bahwa pengusaha adalah akademisi dan sosialisi yang tidak berhasil
akibat dari beberapa pemilik usaha yang memulai perusahaan yang sukses setelah
putus sekolah atau berhenti bekerja tapi tidak lagi dipandang demikian, saat
ini dipandang sebagai seorang profesional.
Orientasi wirausahawan adalah uang, uang adalah
sumber daya tetapi tidak pernah menjadi tujuan akhir.
Semua membutuhkan keberuntungan, benar bila
keberuntungan berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat akan selalu
menghasilkan keuntungan. Tapi keberuntungan terjadi ketika persiapan bertemu
kesempatan.
Wirausahawan adalah pengambil risiko yang ekstrem (penjudi),
sebaliknya bekerja dengan risiko yang diperhitungkan.[2] Wirausahawan
bekerja paling sukses keras lewat perencanaan dan persiapan untuk meminimalkan
risiko yang terlibat dalam rangka untuk lebih mengontrol nasib visi mereka.
Perbedaan
Antara wirausahawan dengan profesi lainnya: Kelebihan-kelebihan
yang dimiliki, yaitu Kesempatan untuk mewujudkan cita-cita. Kesempatan untuk
menciptakan perubahan. Untuk mencapai potensi penuh Anda. Untuk menuai
keuntungan yang mengesankan. Memberikan kontribusi kepada masyarakat dan
mendapatkan pengakuan untuk usaha Anda. Dapat melakukan apa yang disukai dan
bersenang-senang. Kekurangan yang dimiliki, yakni Ketidakpastian pendapatan,
mendirikan dan menjalankan bisnis tidak memberikan jaminan akan mendapatkan
cukup uang untuk bertahan hidup.
Risiko kehilangan seluruh investasi, tingkat
kegagalan bisnis kecil relatif tinggi. Jam kerja yang panjang dan bekerja
keras, dun & Survei bradsheet melakukan survey, 65% dari wirausahawan
mencurahkan waktunya 40 jam atau lebih setiap minggu nya untuk perusahaan
mereka. Kualitas hidup lebih rendah sampai bisnis didirikan.Tanggung jawab
kompleks, banyak pengusaha diharuskan untuk membuat keputusan mengenai isu-isu
di luar bidang ilmu. Putus asa, sangat membutuhkan dedikasi,
disiplin, dan keuletan untuk mengatasinya.
Sikap
Sikap-sikap yang umum ditemui, yaitu:
Keinginan untuk preferensi tanggung jawab atas
risiko yang lebih besar, wirausahawan tidak mengambil risiko secara liar
melainkan memperhitungkan terlebih dahulu risiko yang akan diambil. Keyakinan
akan kemampuan mereka untuk berhasil. Biasanya memiliki kepercayaan diri
terhadap kemampuan mereka untuk berhasil. Keinginan untuk hasil segera. Tingkat
tinggi energi, lebih energik daripada rata-rata orang. Orientasi terhadap masa
depan. Berorientasi pada masa depan, wirausahawan kurang peduli dengan apa yang
telah mereka lakukan kemarin dibandingkan dengan apa yang akan mereka lakukan
besok. Keahlian dalam pengorganisasian, tahu bagaimana menempatkan orang yang
tepat di tempat yang tepat. Secara efektif menciptakan sinergi antara orang dan
pekerjaan, sehingga memungkinkan wirausahawan untuk mewujudkan visi mereka
menjadi kenyataan. Nilai prestasi atas uang.
Wirausaha
Modal Kecil
Suhandi Wijaya telah memiliki jiwa wirausaha sejak muda.
Pria yang sempat mengenyam pendidikan di luar negeri itu mengelola sendiri
usaha penyedia peralatan sablon digital, PT Blueray Technology atau yang lebih
dikenal dengan Bluerayshop. Peralatan sablon digitalnya dapat digunakan
pelanggannya untuk melakukan usaha bermodal kecil. Itu sebabnya, dia memilih
kalimat “Penyedia peluang usaha modal kecil untung besar” sebagai tagline
perusahaan sablon digital yang dikelolanya. Suhandi merasa optimistis, bisnis
yang dikerjakannya mampu memberikan profit sekaligus peluang bagi pelanggannya.
Dengan menggunakan produk-produknya, customer dapat menciptakan sejumlah produk antara lain sablonan untuk kaus, mug, pin, gantungan kunci atau juga ID card. Mereka yang ingin memulai usaha ini pun tidak perlu mengeluarkan biaya besar. Namun, hasil yang dapat diyakini mampu menciptakan keuntungan berlipat-lipat.“Banyak customer saya yang sudah merasakannya. Hanya dengan modal awal tidak lebih dari Rp1,5 juta kala itu, dia bisa menghasilkan keuntungan hingga Rp50 juta,”cerita Suhandi. Namun, apa yang dijualnya bukanlah alat ajaib. Artinya, perlu usaha keras bagi mereka yang ingin mengembangkan usaha ini. Cerita serupa yang dilakukannya dalam merintis usaha penyediaan alat sablon tersebut. Setelah menyelesaikan kuliah di Negeri Paman Sam, Suhandi kembali ke Indonesia tahun 2001.
Dia pernah mencoba bekerja dengan orang lain, terutama menjadi pegawai di bidang penjualan. Namun, itu tidak membuatnya nyaman. Dia membutuhkan usaha yang bisa dijalankan dan dikembangkan sendiri dengan semangat kebebasan. Diakui, jiwa entrepreneur memang sudah mengalir dalam dirinya.“Jadi, bagi saya adalah menemukan freedom dalam usaha yang saya jalankan. Ini hanya bisa dilakukan dengan membuka usaha sendiri,”ucapnya. Suhandi kemudian memutuskan untuk merintis usaha sendiri dalam penyediaan alat tulis kantor (ATK) pada 2002. Usaha tersebut menjadi titik awal karier yang dijalaninya saat ini. Kala itu modal yang dimilikinya tergolong kecil. Dia memiliki uang tidak lebih dari Rp10 juta. Namun dengan kegigihan, dia berusaha keras membesarkan usaha yang dijalankannya.
Dengan menggunakan model usaha cash on delivery (COD), dia mampu memutar uang yang dimilikinya. Karena setiap pemesanan barang diantar maka pembayaran pun langsung dilakukan di tempat. Namun, bukan berarti usaha tersebut berjalan mulus. Berbagai pengalaman pahit pernah dialaminya. Salah satunya ketika harus mengalami kecelakaan motor saat mengantar pesanan sebuah pulpen kepada konsumennya. Dari bisnis ATK, dia mulai memiliki modal yang bisa dipakai untuk melakukan usaha lain seperti furnitur, printer, maupun komputer. Usaha Suhandi mengalami titik balik saat dia mulai berkenalan dengan sistem infus printer atau CISS pada 2002.
Sistem yang populer pada saat itu diyakini bisa mengurangi biaya cetak tanpa mengurangi kualitas hasil cetakannya. Saat itu, Suhandi mulai fokus pada bisnis printer. Suhandi pun mencoba memopulerkan sistem infus di tengah-tengah kondisi printer yang masih bersistem isi ulang atau refill. Sukses dengan bisnis printer, bermodalkan usaha-usaha sebelumnya, dia kemudian memulai bisnis sablon digital dengan mendirikan Bluerayshop pada 2003. “Saya melihat usaha ini unik. Belum banyak yang melakukannya. Kenapa tidak dijalankan,” katanya. Awalnya dia menjalani usaha ini bersama tiga temannya. Namun, karena adanya perbedaan pendapat, jadilah Suhandi melakukannya seorang diri.
Berbekal pengalaman yang telah dimiliki, dia gigih memperjuangkan usaha ini. Didukung dengan jaringan yang sudah dimilikinya, dia mulai menawarkan kepada klien yang memang telah dikenalnya. Pelanggan Suhandi semakin bertambah setelah dia memanfaatkan jaringan bisnis secara online dan juga jaringan pertemanan sosial. Pria kelahiran tahun 1979 itu memahami sekali betapa besarnya jaringan yang bisa didapat melalui sistem online. Meskipun awalnya dia harus melakukan sendiri berbagai aktivitas yang bisa dikatakan remeh seperti menjawab email, mengurusi jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, hingga Yahoo Messenger (YM). Hampir setiap malam dia harus menjawab 100 email yang diterimanya. Tapi, lagi-lagi itu dilakukan untuk mendapatkan totalitas dalam usaha. Kini,dia telah memiliki dua kantor di daerah Mangga Dua untuk menjalankan bisnisnya.
Penghasilannya pun sudah berlipat dibandingkan usaha sebelumnya. Setiap bulan dia mampu menjual berbagai paket mesin sablon digital seharga Rp1 - 30 juta kepada 100–200 pelanggan. Artinya, omzet yang dimiliki sudah melebihi ratusan juta rupiah.
Baca artikel tentang BISNIS SAMPINGAN lainnya hanya di www.SampinganBisnis.com
Dengan menggunakan produk-produknya, customer dapat menciptakan sejumlah produk antara lain sablonan untuk kaus, mug, pin, gantungan kunci atau juga ID card. Mereka yang ingin memulai usaha ini pun tidak perlu mengeluarkan biaya besar. Namun, hasil yang dapat diyakini mampu menciptakan keuntungan berlipat-lipat.“Banyak customer saya yang sudah merasakannya. Hanya dengan modal awal tidak lebih dari Rp1,5 juta kala itu, dia bisa menghasilkan keuntungan hingga Rp50 juta,”cerita Suhandi. Namun, apa yang dijualnya bukanlah alat ajaib. Artinya, perlu usaha keras bagi mereka yang ingin mengembangkan usaha ini. Cerita serupa yang dilakukannya dalam merintis usaha penyediaan alat sablon tersebut. Setelah menyelesaikan kuliah di Negeri Paman Sam, Suhandi kembali ke Indonesia tahun 2001.
Dia pernah mencoba bekerja dengan orang lain, terutama menjadi pegawai di bidang penjualan. Namun, itu tidak membuatnya nyaman. Dia membutuhkan usaha yang bisa dijalankan dan dikembangkan sendiri dengan semangat kebebasan. Diakui, jiwa entrepreneur memang sudah mengalir dalam dirinya.“Jadi, bagi saya adalah menemukan freedom dalam usaha yang saya jalankan. Ini hanya bisa dilakukan dengan membuka usaha sendiri,”ucapnya. Suhandi kemudian memutuskan untuk merintis usaha sendiri dalam penyediaan alat tulis kantor (ATK) pada 2002. Usaha tersebut menjadi titik awal karier yang dijalaninya saat ini. Kala itu modal yang dimilikinya tergolong kecil. Dia memiliki uang tidak lebih dari Rp10 juta. Namun dengan kegigihan, dia berusaha keras membesarkan usaha yang dijalankannya.
Dengan menggunakan model usaha cash on delivery (COD), dia mampu memutar uang yang dimilikinya. Karena setiap pemesanan barang diantar maka pembayaran pun langsung dilakukan di tempat. Namun, bukan berarti usaha tersebut berjalan mulus. Berbagai pengalaman pahit pernah dialaminya. Salah satunya ketika harus mengalami kecelakaan motor saat mengantar pesanan sebuah pulpen kepada konsumennya. Dari bisnis ATK, dia mulai memiliki modal yang bisa dipakai untuk melakukan usaha lain seperti furnitur, printer, maupun komputer. Usaha Suhandi mengalami titik balik saat dia mulai berkenalan dengan sistem infus printer atau CISS pada 2002.
Sistem yang populer pada saat itu diyakini bisa mengurangi biaya cetak tanpa mengurangi kualitas hasil cetakannya. Saat itu, Suhandi mulai fokus pada bisnis printer. Suhandi pun mencoba memopulerkan sistem infus di tengah-tengah kondisi printer yang masih bersistem isi ulang atau refill. Sukses dengan bisnis printer, bermodalkan usaha-usaha sebelumnya, dia kemudian memulai bisnis sablon digital dengan mendirikan Bluerayshop pada 2003. “Saya melihat usaha ini unik. Belum banyak yang melakukannya. Kenapa tidak dijalankan,” katanya. Awalnya dia menjalani usaha ini bersama tiga temannya. Namun, karena adanya perbedaan pendapat, jadilah Suhandi melakukannya seorang diri.
Berbekal pengalaman yang telah dimiliki, dia gigih memperjuangkan usaha ini. Didukung dengan jaringan yang sudah dimilikinya, dia mulai menawarkan kepada klien yang memang telah dikenalnya. Pelanggan Suhandi semakin bertambah setelah dia memanfaatkan jaringan bisnis secara online dan juga jaringan pertemanan sosial. Pria kelahiran tahun 1979 itu memahami sekali betapa besarnya jaringan yang bisa didapat melalui sistem online. Meskipun awalnya dia harus melakukan sendiri berbagai aktivitas yang bisa dikatakan remeh seperti menjawab email, mengurusi jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, hingga Yahoo Messenger (YM). Hampir setiap malam dia harus menjawab 100 email yang diterimanya. Tapi, lagi-lagi itu dilakukan untuk mendapatkan totalitas dalam usaha. Kini,dia telah memiliki dua kantor di daerah Mangga Dua untuk menjalankan bisnisnya.
Penghasilannya pun sudah berlipat dibandingkan usaha sebelumnya. Setiap bulan dia mampu menjual berbagai paket mesin sablon digital seharga Rp1 - 30 juta kepada 100–200 pelanggan. Artinya, omzet yang dimiliki sudah melebihi ratusan juta rupiah.
Baca artikel tentang BISNIS SAMPINGAN lainnya hanya di www.SampinganBisnis.com
Refferensi :
http://peluangusahamodalkecil.weebly.com/contoh-pengusaha-sukses-dari-bisnis-kecil-berlaba-besar.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Wirausahawan

Tidak ada komentar:
Posting Komentar